Wednesday, February 10, 2016

Mabua: Siapa Pun yang Jadi Diler Harley Bakal Hadapi Tantangan Berat

Mabua: Siapa Pun yang Jadi Diler Harley Bakal Hadapi Tantangan BeratJakarta - Harley-Davidson Asia Pasifik tengah menggelar kontes pencarian diler baru Harley di Indonesia. Siapa pun nanti diler barunya, akan dihadapkan pada tantangan berat.

"Sederet kebijakan  yang meningkatkan tarif  pajak  menjadikan harga jual motor tidak kompetitif. Bahkan dari beberapa aturan perpajakan yang ada, kalau ditotal secara kumulatif mencapai 300 persen. Sepanjang ini (kebijakan) tidak berubah, siapa pun (yang akan menjadi diler) akan menghadapi tantangan berat," papar Komisaris PT Mabua yang juga CEO MRA Group, Soetikno Soedarjo, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, di sejumlah negara pajak untuk motor gede memang cukup besar dibandin g motor-motor lainnya. Namun besaran pajak di negara-negara itu tak sebesar di Indonesia.

Pernyataan serupa diungkapkan Presiden Direktur PT Mabua, Djonnie Rahmat. Dia menyebut, pajak yang tinggi menyebabkan harga motor Harley di Indonesia berlipat-lipat dan menjadikan penjualannya  merosot drastic begitu kebijakan itu diterapkan.

Menurutnya, ada empat aturan perpajakan yang selama ini memberatkan importir motor besar. Pertama, adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 175/PMK.011/2013. Aturan ini mengerek tariff  PPh 22 Import dari 2,5 persen menjadi 7,5 persen.

Kedua, Peraturan Pemerintah  Nomor  22 Tahun 2014. Beleid anyar itu mengatur  tentang Kenaikan Pajak Penjualan Barang Mewah dari 75 persen menjadi 125 persen.

Ketiga, PMK Nomor  90/PMK.03/2015 tentang Penetapan Tarif PPh 22 Barang Mewah untuk Motor Besar . Berdasar aturan ini, tarif PPh 22 untuk  motor bermesin 500 cc ke atas dinaikan dari 0 persen menjadi 5 persen.

Sedangkan yang keempat, PMK Nomor  132/PMK.010/2015 tentang Kenaikan Tarif Bea Masuk Motor Besar. Jika sebelumnya bertarif 30 persen  dinaikan menjadi 40 persen.

"Selama ini masih berlaku, siapa pun (yang menjadi diler) akan berat," kata dia.

Djonnie mengaku sebelumnya telah melakukan beberapa upaya untuk menyiasati agar beban pajak bisa dikurangi. Caranya, dengan merakit motor asal Negeri Paman Sam itu di pabriknya yang terletak di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Namun, upaya itu tak juga membuahkan hasil. Soalnya, selain membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, beban pajak juga masih tinggi.

Dia juga menegaskan, pihaknya juga tidak pernah berkeinginan dan melakukan tindakan melanggar hukum dengan cara menyebutkan motor diimpor dalam bentuk terurai (CKD) dan dirakit di dalam negeri padahal sejatinya diimpor secara utuh (CBU).  Langkah seperti itu umumnya dilakukan untuk mengelabui pajak.

"Tidak benar sama sekali . Tidak ada tindakan kami seperti itu. Bisa dibuktikan. Saya ini lulusan Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional), sehingga tahu persis soal aturan-aturan hukum yang harus dipatuhi. Kami tidak ingin melanggar apapun yang ditetapkan negara," paparnya.




(arf/ddn)

Komunitas: Harga Harley Tidak Masuk Akal

Komunitas: Harga Harley Tidak Masuk AkalJakarta - Berhentinya PT Mabua Motor Indonesia sebagai agen resmi Harley-Davidson di Indonesia, disayangkan oleh Direktur Harley-Davidson Owner Group (HOG), Sahat Manalu. Pemerintah dinilai bakal kehilangan penerimaan pajak motor besar seperti Harley dari penjualan yang dilakukan oleh Mabua.

Pemerintah menerapkan kenaikan pajak untuk importasi penjualan motor besar hampir 300 persen. Selain itu, pajak penjualan barang mewah dinaikkan dari semula 75 persen menjadi 125 persen.

Hal tersebut menjadi salah satu hal yang menjadi dasar berhentinya Mabua sebagai agen pemegang merek Harley-Davidson di Indonesia. Melihat hal tersebut, Sahat Manalu ikut angkat bicara dan menilai harga jual motor Harley -Davidson di Indonesia tidak masuk akal.

"Kenapa Mabua tutup? Karena nilai jual motor tidak realistis dan pajaknya tinggi. Mabua mau jual motor Rp 1,4 miliar orang yang mau beli siapa? Pembelinya jadi sangat berkurang karena harga mahal dan komponen pajaknya 240 persen," kata Sahat kepada detikOto, Kamis (11/2/2016).

Keputusan Mabua untuk berhenti sebagai agen resmi Harley, juga dikatakan Sahat memiliki pengaruh pada pendapatan kas negara. Apalagi dengan kenaikan pajak dan tarif bea masuk yang telah diterapkan untuk motor besar seperti Harley.

"Sekarang tinggal pemerintah bagaimana, ini Mabua tutup pemasukan pajak misalnya yang di 2013 saja menjual 1.000 unit motor, kalau penerimaan pajaknya Rp 300 juta saja dikali 1.000 unit sudah Rp 300 miliar ini hilang karena Mabua tutup," kata Sahat kepada detikOto,

Sebagai anggota komunitas dan pemilik Harley, Sahat hanya bisa mengikuti keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah terkait pajak untuk moge.

"Kalau kita sih taat pajak, taat hukum. Kita serahkan ke pemerintah. Orang-orang di pemerintah kan pintar, tinggal kalkulasi. Kalau mau pajaknya tetap ya begini, kalau pajaknya mau diturunkan, orang-orang mau beli motor lagi, penerimaan akan masuk (untuk pemerintah). Kita hanya ikut saja," tandasnya.


(nkn/ddn)

Sejumput Kenangan Manis Bos Mabua Tentang Harley di Indonesia

Sejumput Kenangan Manis Bos Mabua Tentang Harley di IndonesiaJakarta - Sesaat sebelum PT Mabua Motor Indonesia mengumumkan melepas keagenan Harley di Indonesia, Presiden Direktur Mabua, Djonnie Rahmat mengungkapkan sejumput kenangan yang ia rasakan saat memimpin perusahaan tersebut. Kenangan manis pun ia uraikan kata demi kata.

Dengan latar belakang banner bertuliskan Thank You For Amazing Journey 1997-2015, Djonnie mulai bercerita awal Mabua didirikan pada tahun 1997. Ingin mengubah citra negatif pemilik Harley-Davidson di Indonesia menjadi salah satu misi Djonnie mendirikan Mabua Motor Indonesia.

"Kalau dilihat di belakang saya ada banner bertuliskan thank you for amazing journey 1997-2015, ada sejarah disitu dan foto-foto tempat yang pernah kami dirikan, tempat kami tertawa bersama, berkumpul membicarakan banyak hal untuk Harley-Davidson," kenang Djonnie.

"Kita lakukan banyak hal positif disamping citra negatif Harley. Dulu pas saya masuk tahun 2002 ada banyak pertanyaan tentang Harley ke saya. (punya) Harley harus ada rekomendasi kub ga sih? After sales servicenya bagaimana?," lanjut Djonnie.

Melihat peluang dan sejumlah pertanyaan yang muncul dari komunitas dan pecinta Harley, Djonnie akhirnya mendirikan Mabua Motor Indonesia yang menaungi penjualan, pelayanan servis dan suku cadang resmi moge Amerika tersebut di Indonesia.

Keberadaan Mabua Motor diungkapkan Djonnie sekaligus mengubah paradigma yang terbentuk di masyarakat saat itu bahwa pemiliki Harley-Davidson di Indonesia hanyalah untuk kalangan militer.

"Sebelum Mabua berdiri, tak ada agen pemegang merek Harley di Indonesia. Kami jawab keberadaan Mabua Harley untuk memberi ras nyaman. Surat lengkap dan jaminan p urna jual ada," ucap Djonnie.

"Mabua juga berhasil mengubah paradigma saat itu seolah Harley diperuntukkan untuk eks military karena banyak tentara dan polisi yang pakai. Mabua menjawab bahwa sepanjang orang tersebut punya kemampuan dan berada di strata dan gaya hidup ekonomi tertentu, bisa membeli Harley," kata Djonnie.

Kenangan indah tentang keberadaan Mabua sebagai agen pemegang merek Harley-Davidson harus berhenti di tahun 2016 ini. Mabua resmi tidak memperpanjang keagenan di Indonesia sejak 31 Desember 2015 akibat tingginya beban pajak motor besar di Indonesia yang mencapai hingga 300 persen, serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Keagenan Harley-Davidson di Indonesia selanjutnya masih dalam tahap seleksi dan pembahasan oleh pihak Harley-Davidson Asia Pasifik.


(nkn/arf)

Ford Hengkang, Mitsubishi Ikut Prihatin

  Ford Hengkang, Mitsubishi Ikut PrihatinPalembang - Ford mengangkat bendera putih di pasar otomotif Indonesia. Per Januari lalu, Ford memutuskan untuk menghentikan penjualan mobil meski servis masih dilanjutkan.

Sebagai sesama pelaku otomotif di tanah air, Mitsubishi pun menuturkan rasa prihatin atas keputusan Ford kali ini.

"Tentunya saya rasa kita ikut prihatin, tapi kita dalam posisi belum bisa mengomentari lebih jauh," kata  Operating GM MMC Marketing Div. PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, Irwan Kuncoro, di Palembang, Rabu (10/2/2016).

"Tentunya kita bisa membaca, karena ada produk yang sama dengan kita (pesaing Mitsubishi-Red) di segmen tertentu (Ranger dan Strada Triton-Red). Tapi kita belum bisa berkom entar, masih terlalu cepat," katanya.

Baca juga: 50 Mobil Termahal di Indonesia

Keputusan pahit Ford meninggalkan Indonesia diumumkan oleh Managing Director PT Ford Motor Indonesia.

"Kami di Indonesia pada paruh kedua tahun ini. Hal ini termasuk menutup dealership Ford dan menghentikan penjualan dan impor resmi semua kendaraan Ford," ujar Bagus di situs resmi Ford.

Meski menyetop penjualan pengguna Ford masih bisa mengunjungi diler Ford untuk semua dukungan layanan penjualan, servis, dan garansi hingga beberapa waktu ke depan tahun ini.

"Kami berkomitmen untuk menyediakan kesinambungan dukungan pelayanan servis dan garansi setelah kepergian kami dan akan menghubungi Anda lagi sebelum proses pergantian untuk memberitahukan mengenai pengaturan yang baru," ujar Bagus.