Saturday, September 7, 2013

Anak Ahmad Dhani Kecelakaan, 6 Orang Tewas

Anak Ahmad Dhani Kecelakaan, 6 Orang Tewas Jakarta - Pecahan-pecahan kaca dan serpihan mobil masih terlihat di lokasi kecelakaan anak Ahmad Dhani, Abdul Qadir Jaelani. Besi pembatas tol remuk ditabrak mobil Lancer yang dikendarai bocah yang akrab disapa Dul itu.

Lokasi kecelakaan anak Ahmad Dhani ini berada di KM 8 Tol Jagorawi. Pemantauan detikcom, Minggu (8/9/2013), hingga pukul 09.15 WIB proses evakuasi tahap akhir masih berlangsung.

Masih tampak mobil Daihatsu Grand Max warna silver yang ringsek, yang merupakan salah satu mobil yang terlibat tabrakan beruntun pada dini hari tadi. Mobil itu tampak sudah dinaikkan ke mobil derek dan siap diderek ke arah Jakarta.

Beberapa petugas Jasa Marga juga masih berada di lokasi. Akibat proses evakuasi ini, lalu lintas kendaraan dari arah Jakarta menuju Bogor macet dari KM 6. Sementara arus kendaraan dari arah Bogor tersendat menjelang lokasi.

Besi pembatas jalan tampak penyok. Bahkan satu besi pembatas jalan patah setelah ditabrak mobil yang dikendarai Dul yang masih berusia 13 tahun itu dari arah Bogor. Setelah menabrak pembatas, mobil anak Ahmad Dhani terbang ke jalur yang mengarah ke Bogor, sehingga terjadi tabrakan beruntun.

Dahsyatnya tabrakan itu masih terlihat jelas. Selain dari ringseknya pembatas jalan dan kondisi mobil Grand Max, serpihan-serpihan mobil juga masih terserak. Antara lain ada potongan bemper yang terlepas dan pecahan kaca.

Juga ada dua jaket hitam dan cokelat yang dibiarkan di pinggir jalan. Serpihan bagian-bagian mobil yang lain juga masih ada di lokasi. Enam orang di Grand Max tersebut meninggal dunia.

Menurut data detikcom yang dikumpulkan di RS Kramajati, korban tewas adalah:
1. Agus Wahyudi Hartono (40) di RS Polri Kramatjati.
2. Rizki Adiyta SAntoso (20) di RS Polri Kramatjati.
3. Agus Surahman (31) di RS Polri Kramatjati.
4. Komaruddin di RS Polri Kramatjati.
5. Normansyah (RS Mitra Keluarga Cibubur)
6. Agus Komara (RS Mitra Keluarga Cibubur)


(gah/syu)

Bugatti Edisi Para Legenda

Bugatti Edisi Para Legenda California - Produsen supercar Bugatti memperkenalkan edisi khusus dari mobil tercepat di dunia, Bugatti Veyron. Bakal ada 6 mobil yang dibuat dalam edisi khusus bernama Les Légendes de Bugatti (Bugatti Legends) ini.

Mobli pertama dalam seri khusus ini baru saja diperlihatkan beberapa waktu lalu di Pebble Beach Concours d’Elegance di California, Amerika Serikat.

Dibangun dari platform Veyron Grand Sport Vitesse, versi convertible mobil ini merupakan mobil convertible tercepat di dunia dan hanya akan dibangun sebanyak 3 unit saja. 3 unit lainnya akan dibangun dari model coupe.

Seri ini sendiri dibangun untuk menghormati Jean-Pierre Wimille yang merupakan pebalap Prancis yang memberi Bugatti 2 kemenangan di 24 Hours of Le Mans di 1937 saat mengendarai Bugatti 57G Tank dengan kopilot Robert Benoist serta di 1939 saat dia dibantu oleh Pierre Veyron di mobil 57C Tank.

Saat peluncuran, mobil ini disandingkan dengan Type 57G Tank yang asli, mobil yang menjadi inspirasi pembangunan mobil ini.

Tubuhnya dibangun dari bahan carbon fiber dengan cat biru untuk menghormati Type 57G dan merupakan warna khas mobil balap Prancis dahulu kala.

Pada versi atap terbuka, mesin 8.0 liter berkonfigurasi W16 yang digendongnya mampu memperlihatkan 1.200 tenaga kuda dengan torsi 1.500 Nm. Lebih kuat dari Super Sport yang menjadi mobil tercepat di dunia. Veyron Super Sport sendiri memiliki tenaga sekitar 1.001 hp.

Belum diketahui berapa harga jual mobil ini. Namun sebagai gambaran, Veyron Grand Sport Vitesse saja harganya mencapai 2 juta pounds atau hampir Rp 30 miliar. Demikian dilansir motorauthority, Sabtu (7/9/2013).

(syu/ddn)

Ponsel Bisa Bantu Hindari Kecelakaan

Ponsel Bisa Bantu Hindari Kecelakaan Ohio - Smartphone ternyata tidak hanya berfungsi untuk mengakses sosial media atau bermain game. Teknologi smartphone juga rupanya bisa membantu menghindari kecelakaan.

Teknologi tersebut tengah dikembangkan oleh pabrikan mobil Honda. Teknologi ini dibuat sedemikian rupa dan terintegrasi pada komputer onboard mobil dan smartphone.

Dilansir The Age, Sabtu (7/9/2013) cara kerja teknologi ini menggunakan radar. Untuk bisa 'mengobrol' satu sama lain, harus tersedia chip komputer yang tertanam pada kendaraan, motor dan ponsel.

Nantinya pejalan kaki dapat saling memberi tahu keberadaan masing-masing dan mendeteksi jika mereka berada di jalur tabrakan. Peringatan akan muncul di layar kendaraan dan telepon.

Layar pada mobil akan berkedip jika ada pejalan kaki, dan jika orang terus bergerak, layar memperingatkan pengemudi untuk melakukan pengereman.

Sementera jika pengemudi tidak bereaksi cepat, kendaraan diprogram untuk berhenti secara otomatis.

Teknologi yang tersemat di mobil akan terintegrasi dengan sistem pengereman, sehingga teknologi ini semakin maksimal menyelamatan pengendara, penumpang, peseda dan pejalan kaki.

Saat ini penelitian tengah dilakukan di pusat penelitian dan pengembangan Honda di Raymond, Ohio, Amerika Serikat.

Adapun, teknologi canggih tersebut merupakan bagian dari inisiatif Honda untuk menghindari kecelakaan maut.

"Keselamatan adalah dasar alasan kami mengembangkan teknologi ini," kata Senior Vice President Honda Amerika Utara, Rick Schostek.

(ikh/ddn)

Baru Punya SIM, Pengendara Muda Suka Tidak Pede Nyetir Sendiri

Baru Punya SIM, Pengendara Muda Suka Tidak Pede Nyetir Sendiri London - Meski sering kali memasang tampang pede, kebanyakan remaja ternyata tidak percaya diri ketika mereka harus berkendara sendirian. Hampir sepertiga pengendara muda menurut sebuah penelitian terbaru teryata merasa tidak siap untuk berkendara sendirian ketika mereka lulus uji SIM.

Dalam penelitian itu, banyak pengendara muda merasa pelajaran mengemudi gagal untuk membuat mereka merasa siap berkendara sendiri di jalan dengan 29 persen diantaranya masih mereka mereka tidak layak untuk mengemudi sendirian meski mereka sudah memiliki SIM.

Responden yang berusia antara 18-30 tahun ini 24 persennya juga merasa kalau kecelakaan seharusnya bisa dicegah jika mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar mengemudi.

62 Persen sadar dan mendukung adanya masa belajar minimum seseorang sebelum diperbolehkan bebas berkendara sendirian.

Survei yang melibatkan 2.000 responden berusia 18-30 tahun di Inggris ini juga menunjukkan bahwa 21 persen pengendara muda ini menghindari jalan raya setelah lulus tes uji SIM.

Bahkan 14 persen diantaranya masih menganggap diri mereka belum siap untuk mengemudi meski mereka sudah punya SIM.

Selain itu, 29 persen responden merasa mereka tidak siap untuk mengemudi di malam hari, 21 persen responden menganggap pelajaran mengemudi tidak mempersiapkan mereka untuk mengemudi dengan penumpang, 19 persen menghindari pusat-pusat kota dan 14 persen tidak bisa mengemudi saat hujan.

Sebanyak 18 persen responden mengakui kalau mereka lulus tes mengemudi setelah menghabiskan tiga bulan atau kurang waktu belajar dan 50 persen lulus dalam waktu belajar enam bulan atau kurang.

Presiden Automobile Association Inggris Edmund King mengatakan kalau hal ini mengkhawatirkan. Karena ternyata para pengendara muda masih merasa tidak siap berkendara.

"Kami akan mendukung ide yang memungkinkan pengendara yang belajar ke jalan raya dengan instruktur mengemudi terlatih dan juga masa belajar minimal," katanya seperti dikutip dari The Independent.

(syu/ddn)