Sunday, May 8, 2016

Industri Komponen Otomotif Indonesia Kompetitif dengan Negara Lain

Industri Komponen Otomotif Indonesia Kompetitif dengan Negara LainJakarta - Industri komponen merupakan salah satu bagian penting bagi kemajuan industri otomotif di Indonesia. Kualitas dari industri komponen di Indonesia sendiri mampu bersaing dengan negara lain.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komite Tetap Industri Logam, Manufaktur, Alat Transportasi, dan Elektronik Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), I Made Dana Tangkas.

"Kalau kita lihat, sekarang ini kan perkembangan industri komponen otomotif bisa dikatakan kompetitif karena terbukti dari beberapa komponen sekarang ini banyak diekspor ke berbagai negara, tidak hanya di wilayah ASEAN tapi juga wilayah Afrika, termasuk negara-negara lain," kata I Made Dana Tangkas kepada detikOto.

Ia menjelaskan perkembangan industri komponen di Indonesia dapat dikatakan kompetitif melihat dari banyaknya komponen yang diekspor ke beberapa negara serta memenuhi standar kualitas ekspor.

"Sudah memenuhi kualitas standar ekspor, bisa dikatakan kompetitif karena kita punya quality cost and delivery masuk dalam hitungan sebagai standar global. Cost harus ada yang namanya cost index manufactur itu harus dibandingkan apple to apple dengan negara lain misalnya dengan India, Thailand, Turki, atau Afrika," tambahnya.

Namun untuk soal kuantitas, jumlah pelaku industri komponen di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Thailand. Saat ini, jumlah industri komponen di tier 1 (komponen inti) yakni 550 perusahaan.

Sementara di tier 2 dan tier 3 yang merupakan komponen pelengkap dan tambahan jumlah pelaku industri sebanyak 1.000 perusahaan. Untuk jumlah outlet, workshop, dan suku cadang mencapai 14 ribu.

"Ya memang kalau dilihat kondisi saat ini industri komponen kita itu setengah Thailand. Tier 1, tier 2, dan tier 3 bisa dikatakan setengahnya lah ya. Mereka 2.400-an, kita masih 1.000-an," tutur I Made.
(nkn/rgr)

Jessica J, Suka Mobil Modif karena Lebih Macho

Jessica J, Suka Mobil Modif karena Lebih MachoTangerang Selatan - Jessica Jaya Indra (19), model catik yang meramaikan ajang modifikasi Hot Imports Night (HIN) mengaku suka dengan mobil modifikasi. Menurutnya, mobil modifikasi lebih menarik.

Gadis seksi yang terkenal dengan nama Jessica J itu menyebut, dirinya suka dengan mobil modifikasi karena lebih keren dan macho. Dan kebetulan kekasih Jessica J juga seorang penggemar mobil.

"Aku suka sekali dengan mobil modif, macho terus keren. Terus kebetulan pacar aku juga anak mobil," ujarnya kepada detikOto di ajang HIN Tangerang Selatan akhir pekan kemarin.

Jessica juga menambahkan banyak pengalaman menarik saat dia menjadi model di ajang kontes modifikasi mobil. Sebab, dia mendapat banyak relasi, mulai dari mendapat teman baru sesama model sampai fotografer.

Jessica memulai karier di dunia model sejak kelas 3 SD. Kala itu, kariernya dimulai dengan catwalk, dan memulai sebagai model foto sejak kelas 1 SMP.

"Aku sudah dari kelas 3 SD mulai catwalk, lalu kalau foto di mulai dari kelas 1 SMP," ungkapnya.

Cewek asal Palembang yang lahir di Tanggerang ini sudah tujuh tahun berkarier di dunia model. Saat ini Jessica turut meramaikan acara Hot Imports Night 2016 sebagai salah satu Miss HIN.

"Aku sudah 2 tahun ikut acara HIN ini sebelumnya yang tahun lalu di Ancol juga ikut event HIN ini," jelasnya.
(rgr/rgr)

SDA Berlimpah, Kenapa Indonesia Betah Impor Bahan Komponen?

SDA Berlimpah, Kenapa Indonesia Betah Impor Bahan Komponen?Jakarta - Indonesia diberkahi dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. SDA tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di berbagai sektor, salah satunya sebagai raw material (bahan baku) untuk komponen otomotif. Namun, hingga saat ini Indonesia masih betah untuk mengimpor sejumlah raw material dari negara lain. Apa sebabnya?

Meski SDA berlimpah, Ketua Komite Tetap Industri Logam, Manufaktur, Alat Transportasi, dan Elektronik Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), I Made Dana Tangkas menjelaskan, untuk mengolah bahan baku agar siap digunakan sebagai bahan komponen otomotif butuh teknologi tinggi.

Lebih lanjut lagi, ia memaparkan industri hulu yan g mengolah bahan baku tersebut juga membutuhkan dana yang besar serta memiliki risiko tinggi dalam pengolahannya.

"Industri hulu itu merupakan industri yang membutuhkan padat modal dan high tecnology dan juga low retain serta high risk. Melihat industri hulu seperti itu, mengolah bahan-bahan dari alam raw material perlu modal tinggi, teknologi tinggi dan ini biasanya dikembangkan oleh pemerintah," jelas I Made Dana Tangkas kepada detikOto.

Sementara itu, sebagai langkah untuk memajukan sektor industri hulu yang mampu mengolah raw material dengan kualitas baik, I Made menuturkan perlu adanya kebijakan dari pemerintah untuk segera membangun industri hulu.

"Di beberapa negara itu digarap oleh pemerintah untuk sektor industri hulu. Perlu adanya kebijakan pemerintah yang memang membangun industri hulu. Sehingga dengan demikian ketika kita membangun industri hulu itu, hilirisasi bisa digerakkan dari industri hulu," papar I Made.
(nkn/rgr)

Honda Verza Disulap Jadi Motor Sport Fairing

Honda Verza Disulap Jadi Motor Sport FairingTangerang Selatan - Kontes modifikasi kendaraan bermotor selalu menampilkan hasil terbaik karya anak bangsa. Beragam karya unik dengan konsep menarik pun dipajang.

Salah satunya adalah perubahaan Honda Verza menjadi motor sport fairing di ajang Honda Modif Contest 2016 yang digelar di Tangerang Selatan, akhir pekan lalu. Sang empunya, Agus atau akrab disapa Bon memboyong Honda Verza sport fairing ini untuk diikutsertakan ke dalam kontes modifikasi.

Motor ini dibalt dengan warna hitam pekat dan dikombinasikan warna oranye. Kombinasi warna yang kontras tersebut cukup menarik perhatian.

Verza versi motor sport fairing ini menggunakan pelek dengan lebar 3 inci di depan. Pelek di bagian depan disematkan piringan assio double disc. Pelek depan dibalut dengan ban berukuran 120.

Sementara pelek belakangnya, Bon menggunakan pelek dengan lebar 5 inci milik Kawasaki Ninja. Pelek belakang dibalut dengan ban 200/60.

Untuk memodifikasi motor ini, Bon harus mengeluarkan dana hingga Rp 26 juta. Dia menyelesaikan modifikasi motor ini selama tiga bulan.
(rgr/rgr)