Sunday, January 13, 2013

Mobil Terbakar? Ini Penyebabnya!

Mobil Terbakar? Ini Penyebabnya! Jakarta - Belakangan ini Otolovers pasti sering mendengar kejadian terbakarnya mobil di jalanan atau jalan tol (jalan bebas hambatan) baik itu terbakar saat mobil itu melaju ataupun terbakar karena terjadi insiden tabrakan dengan mobil di sekitarnya.

Yang terbaru adalah sebuah Opel Blazer terbakar di jalan tol JORR arah Bambu Apus, Jakarta Timur, Senin (14/01).

Menurut Gatot Hira Wilasa, Training Instructor di Indonesia Driving Center (IDDC), ada beberapa faktor yang menyebabkan mobil bisa terbakar.

"Pada mobil lama atau mobil baru? Karena ada 2 faktor," tanya Gatot kepada detikOto. "Kita mulai dari mobil lama," ujarnya.

Untuk mobil lama biasanya terjadi ketika umur mobil sudah lebih dari 4 tahun keatas. Menurut Gatot, terbakarnya mobil biasanya sering terjadi dalam keadaan mobil sedang melaju dan tanpa ada insiden tabrakan atau benturan dengan benda lain disekitarnya.

Hal itu disebabkan karena pengaruh kabel atau kualitas kabel yang mulai menurun. Kualitas kabel di mobil-mobil lama itu menurun karena umur dari mobil itu sendiri.

"Kalau di mobil lama biasanya ada saja kabel yang kualitasnya kurang baik. Misalnya kendor atau sudah mengelupas," tutur pria yang terkenal disapa GT ini.

Selain itu disebabkan juga oleh adanya kontak poin antara kabel A dan kabel B. Kabel A mengalami kendor sehingga terjadi adanya kontak dengan kabel disebelahnya yang mengakibatkan percikan api.

"Kalau kabel kendor atau mengelupas terus disebelahnya selang bensin maka jika kabel itu mengeluarkan percikan api akan dengan cepat percikan api itu membakar kabel lainnya sehingga terjadi kebakaran," lugasnya.

Lanjut Gatot, apalagi mobil itu sedang melaju dengan kecepatan tinggi sehingga semua komponen disekitar kabel yang kualitasnya menurun panas akibat mobil terus menerus bekerja.

Sementara itu untuk mobil baru, tambah Gatot yang juga menjabat sebagai Technical Head bengkel Beauty Power Jalan Hang Jebat IX No.12, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini mengatakan terjadi karena space atau ruang mesin terlalu rapat sehingga saat terjadinya benturan atau tabrakan hebat akan mudah terbakar.

"Kalau mobil baru sangat jarang terbakar kalau tidak ada insiden (tabrakan). Mobil baru sering terbakar jika terjadi benturan hebat, ruang mesinnya kecil sehingga saat benturan maka percikan api yang ada akan lebih cepat membakar mobil," tandasnya.

Suzuki: Ertiga Double Blower Beda Rp 4,8 Juta, Itu Harga Pas

Suzuki: Ertiga Double Blower Beda Rp 4,8 Juta, Itu Harga Pas Jakarta - Agar penumpang belakang tidak kepanasan di dalam mobil, Suzuki akhirnya meluncurkan Ertiga double blower. Dibanding Ertiga single blower, harganya lebih mahal Rp 4,8 juta.

Suzuki yakin angka tersebut angka yang pas untuk bisa menggoda konsumen di Indonesia.

Seperti yang diungkapkan 4W Marketing & DND Director PT Suzuki Indomobil Sales, Davy J.Tuilan, saat dihubungi detikOto, Senin (14/1/2013).

"Iya harga untuk Suzuki Ertiga Double Blower meningkat Rp 4,8 juta. Ini sudah kita hitung dan ini angka yang pas, makanya kenapa kami tidak menaikkan hingga Rp 5 juta atau Rp 6 juta," ucap Davy J.Tuilan.

Kenaikan angka jual hingga Rp 4,8 juta yang diberikan Suzuki, kepada Suzuki Ertiga Double Blower bukan tanpa alasan. Pasalnya Davy menilai angka tersebut sudah sesuai dengan perubahannya.

"Kenaikan harga jual Ertiga double blower, bukan hanya perubahan pada double blower, selain itu kita juga mengubah tampilan grille depan krom dan New Back Door Garnish krom. Sehingga penambahan harga ini sudah pas," kata Davy.

"Selain itu memang penambahan harga ini tidak menambahkan margin kita. Itu hanya betul-betul hanya upah ongkos produksi saja," tambahnya.

Fitur double blower hanya tersedia di dua tipe Ertiga yakni GX dan GL, sementara tipe termurah yakni GA tidak ada. Berikut harga baru Ertiga di tahun 2013.


  • ERTIGA GA Rp. 146.000.000
  • ERTIGA GL Rp. 156.000.000
  • ERTIGA GX Rp. 168.000.000
  • ERTIGA GL DOUBLE BLOWER Rp. 160.800.000
  • ERTIGA GX DOUBLE BLOWER Rp. 172.800.000

Stingray Kembali Beraksi

Stingray Kembali Beraksi Detroit - Pertama kalinya dalam 9 tahun, Chevrolet menelurkan model baru Corvette Stingray. Corvette generasi ketujuh yang disebut penggemarnya sebagai C7 memiliki mesin di bagian depan dan mirip dengan mobil balap.

GM memperkenalkan mobil ini ke hadapan media Minggu, waktu Amerika dan akan memperkenalkan ke publik di tanggal 19 Januari nanti di Detroit Motor Show.

Mobil itu sudah mengalami perubahan desain dan akan dijual pada kuartal ke-3 tahun 2013.

CEO GM Dan Akerson menuturkan Corvette merupakan mobil 'halo yang akan menarik perhatian pengguna mobil Chevrolet.

"Mobil ini adalah tentang kecerdikan Amerika, kecanggihan teknologi kita. Ini adalah mobil pertama yang kami desain, dari awal sampai akhir, sejak kebangkrutan kami," ujar Akerson seperti dikutip Reuters, Senin (14/1/2013).

Sejak pertama kali muncul 60 tahun lalu, Corvette sudah disebut-sebut sebagai mobil sport Amerika pesaing dari mobil-mobil Italia. Hingga sekarang total sudah ada 1,5 juta Corvette yang diproduksi.

Angka penjualannya memang menurun. Sempat berada di puncak pada 1977 dengan angka penjualan sebanyak 42.571 unit, penjualan Corvette terus menurun, di akhir tahun lalu hanya terjual 14.132 unit.

Di jantungnya, C7 menggunakan mesin 6.2L LT1 V-8 yang dikawinkan dengan transmisi 7 percepatan.

Mesin ini bisa mengeluarkan tenaga hingga 450 daya kuda (335 kW) dan torsi maksimal 450lb.-ft (610Nm). Mobil ini merupakan tipe produksi massal yang memiliki kemampuan terbaik.

Mampu melaju dari 0-100 km/jam di bawah 4 detik dan bisa menerima gaya gravitasi lebih dari 1G saat menikung. Mobil ini juga merupakan Corvette yang hemat bahan bakar, melampaui tipe terkini dengan angka 1 liter :11 km (26 mpg) .


Ini Dia Baby Honda CR-V

Ini Dia Baby Honda CR-V Jakarta - Setelah hanya menampilkan sketsa Baby SUV yang dinamai Urban SUV, kini wujudnya benar-benar bisa terlihat. Rival dari Nissan Juke ini menggunakan platform Honda Jazz.

Dilansir autocar, versi produksi dari mobil ini setidaknya akan bisa muncul pada 3 tahun ke depan.

Honda menargetkan penjualan sebanyak 400 ribu unit di AS dan Eropa.

SUV baru Honda itu mengusung bodi kekar. Bagian depannya sangat tegas dengan bumper yang membidang dan lampu depan dengan aksen LED. Sepintas, SUV Honda terbaru itu mirip dengan SUV CR-V hanya saja, Honda punya ide lebih elegan pada SUV barunya tersebut.

Bentuk konsep SUV tersebut bertambah kekar dengan pengaplikasian pelek bintang. Bagian sampingnya agak ditekuk ke luar seperti terlihat alur angin ke belakang. Wujudnya memberi kesan bahwa bagian buritan stabil dan kokoh.

Modus Baru Pemerasan Bagi Pengendara Mobil

Modus Baru Pemerasan Bagi Pengendara Mobil Jakarta - Modus pemerasan makin beragam terjadi di Jakarta. Modus paling baru adalah pemotor yang mengaku motornya tertabrak mobil. Kemudian pemotor itu melakukan pemerasan kepada pengendara mobil dengan mengatakan dirinya adalah aparat.

Misalnya seperti peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu dan menimpa pengemudi sebuah mobil boks. Kala itu, mobil melintas di Jl Dr Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan, kemudian tiba-tiba dihentikan oleh seorang pemotor. Saat itu pemotor mengaku ditabrak di sekitar terowongan Manggarai oleh mobil boks tersebut.

Pengemudi motor itu kemudian mengaku sebagai anggota dan meminta surat-surat kendaraan dan ponsel pengemudi mobil boks itu sebagai jaminan. Pengendara motor itu kemudian membawa sopir mobil boks itu untuk mencari bengkel. Sedangkan kenek mobil boks disuruh menunggu mobil tersebut di daerah Tebet.

Bukannya dibawa ke bengkel, pengendara motor itu kemudian membawa sopir mobil boks ini ke lokasi teman-temannya berkumpul. Pengemudi mobil boks ini diperas untuk menyerahkan sejumlah uang. Karena ketakutan akhirnya pengendara ini menyerahkan uang Rp 700 ribu kepada pemotor tersebut. Dia pun diperbolehkan pergi dari tempat ini.

Sementara itu Kapolsek Tebet Kompol Nico A Setiawan yang dikonfirmasi mengaku belum mendapatkan laporan mengenai pemerasan itu. Namun modus mengaku-ngaku sebagai aparat kemudian melakukan pemerasan sudah sering terjadi.

"Modus ini sudah banyak terjadi, bedanya ini terjadi pada pengendara mobil boks saja," kata Nico kepada detikcom, Senin (14/1/2013).

Nico mengatakan, jika menemui ada orang yang mengaku sebagai anggota polisi atau TNI jangan takut. Masyarakat bisa memita orang tersebut menunjukan kartu tanda anggota (KTA) dan identitas lainnya.

"Warga bisa minta orang itu menujukan kartu anggotanya dan kalau tidak mau dibawa ke kantor polisi sudah pasti bukan anggota," katanya.

Nico juga meminta warga tak takut menghubungi kantor polisi jika menemukan kasus-kasus seperti ini. Dia meminta agar masyarakat menyimpan nomor-nomor penting yang bisa dihubungi jika terjadi kasus-kasus sepert ini.

"Kalau memang sering melewati Tebet lebih baik nomor Polsek Tebet disimpan, jadi kalau ada orang yang mengaku-ngaku anggota ada yang nomor yang bisa dikontak. Silakan menghubungi kantor polisi, kami terbuka untuk laporan masyarakat," katanya.


GM dan Isuzu Kolaborasi Lagi Bikin Pikap Kecil

GM dan Isuzu Kolaborasi Lagi Bikin Pikap Kecil Tokyo, Detroit - Dua produsen mobil beda benua, General Motors dan Isuzu akan kembali bersiap mengembangkan pikap bersama-sama. Sebelumnya, kerja sama kedua merek ini telah melahirkan Isuzu D-Max dan Chevrolet Colorado.

Seperti dilansir autonews GM dan Isuzu Motors Ltd akan membahas, kemungkinan-kemungkinan untuk bisa mengembangkan truk pickup generasi berikutnya.

Dikabarkan kedua perusahaan ini juga akan menandatangani perjanjian antar keduanya.

Media Jepang, Nikkei, melaporkan bahwa kesepakatan itu juga akan mencakup formulasi bisnis truk pikap mereka yang akan diformalkan di akhir bulan ini dalam pertemuan antara Presiden Isuzu Susumu Hosoi dan CEO GM Dan Akerson.

Nikkei juga mengatakan kalau langkah keduanya untuk memulai negosiasi adalah karena ada kemungkinan GM hendak mengambil saham di Isuzu.

GM dipandang bersemangat untuk memanfaatkan kekuatan Isuzu di pasar Asia Tenggara dan di teknologi diesel karena kesepakatan dengan Isuzu berarti GM bisa berbagi beban teknologi.

Mobil Listrik Nasional: Solusi atau Sensasi?

Mobil Listrik Nasional: Solusi atau Sensasi? Jakarta - Pasar otomotif Indonesia telah berkembang dengan baik. Setiap tahun jumlah mobil yang terjual di Indonesia terus mengalami peningkatan. Dalam waktu dekat, volume penjualan mobil Indonesia dapat menembus angka satu juta mobil per tahun.

Menteri koordinator bidang perekonomian dan juga menteri perdagangan berkali kali mengungkapkan bahwa Indonesia perlu memanfatkan pasar dalam negeri yang telah memiliki skala yang besar.

Tumbuhnya industri otomotif Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Sementara itu pengambil kebijakan industri di Indonesia belum menunjukkan arah yang jelas dalam kebijakan pengembangan industri otomotif.

Kebijakan yang diambil lebih terlihat sporadif dan reaktif, bukan melewati pemikiran dan perencanaan yang matang.

Bahkan langkah langkah pemerintah menimbulkan kecurigaan bahwa kebijakan yang akan diambil merupakan pesanan dan atau desakan dari para produsen otomotif yang telah mapan saat ini.

Produsen bermerek asing tersebut terus mengharapkan kebijakan kebijakan industri otomotif tetap memberikan ruang seluas luasnya kepada mereka termasuk dalam memasarkan produk baru seperti mobil murah ramah lingkungan (LCGC-Low Cost and Green Car) ataupun mobil beremisi rendah (LCE-Low Cost Emission).

Sejak mobil yang diproduksi anggota ASIANUSA-Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Fin Komodo, Tawon, GEA dan Kancil) serta Kiat ESEMKA diberitakan di media massa, pembicaraan mengenai mobil nasional mengemuka kembali, ditambah lagi dengan kehadiran prototype-prototype mobil listrik nasional yang digaungkan oleh Dahlan Iskan.

Berita itu sedikitnya menjadi penawar harapan akan suatu karya bangsa yang bisa bermanfaat bagi bangsa dan patut dibanggakan. Kehebohan sebagai reaksi atas kenyataan "ketidakberdayaan" kita menghadapi penguasaan asing terhadap industri dan pasar otomotif di ladang kita sendiri saat ini.

Mobil Listrik Nasional dinilai sebagai alternatif solusi untuk mengatasi ketidakberdayaan kita dalam menghadapi penguasaan industri merk asing, karena saat ini di Indonesia belum banyak masuk mobil listrik asing, sehingga diharapkan dengan masuk ke pasarnya mobil listrik karya putra nasional maka start awal kita akan sama atau lebih dulu dibanding industri merek asing yang masuk ke pasar dalam negeri.

Hal ini berbeda dengan jika kita mengawali industri otomotif nasional dengan mobil konvensional (bermesin piston), kita kalah jauh mengejar ketinggalan karena merk asing sudah masuk ke Indonesia sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu dimana mereka sudah mempunyai waktu yang cukup untuk penelitian dan pengembangan teknologi serta perputaran investasinya.

Mobil Listrik Nasional sudah dilakukan penelitian sejak lama oleh LIPI, serta banyak perguruan-perguruan tinggi di Indonesia, dan puncaknya menjadi berita yang menarik setelah Dahlan Iskan menunjuk 5 orang putra petir yang diberi tugas untuk melakukan penelitian, pengembangan serta membuat propotype mobil listrik.

Dan hasilnya dalam waktu yang relatif sangat singkat bermunculan prototipe mobil listrik karya putra petir diantaranya adalah "Ahmadi" karya Dasep Ahmadi, "Elvi Ravi" karya Ravi Desai dan "Tucuxi" karya Danet Suryatama.

Prototype mobil listrik karya putra petir tersebut dipromosikan dengan gencar oleh Dahlan Iskan sebagai penggagasnya, dan berita terakhir yang menghebohkan adalah Pak Dahlan Iskan mengalami kecelakaan pada saat melakukan Test Drive mobil Listrik "Tucuxi" karya Danet Suryatama.

Sejak saat itu timbul berbagai macam pro dan kontra atas rencana menghadirkan mobil listrik nasional ini, bahkan banyak pendapat yang menganggap bahwa mobil listrik nasional ini adalah hanya sekedar "sensasi" dari Dahlan Iskan saja dalam upaya pencitraan dirinya sebagai capres pada pemilu 2014 yad.

Sungguh sangat disayangkan bahwa tujuan utama yang semula mobil listrik ini menjadi alternatif solusi atas ketidak-berdayaan kita dalam menghadapi penguasaan merk asing, bergeser dan dianggap hanya sekedar sensasi serta menjadi tuduhan pencitraan Dahlan Iskan.

Seharusnya hal ini tidak akan terjadi jika Dahlan Iskan dapat menempatkan diri secara tepat dalam kapasitasnya sebagai Menteri BUMN serta sebagai pemimpin putra petir.

Dahlan Iskan memang patut diacungi jempol karena berusaha keras utk mewujudkan impian dalam mewujudkan mobil listrik nasional yangg merupakan solusi ditengah ketidak berdayaan kita dalam kemandirian industri otomotif.

Ibarat tim sepakbola, seharusnya Dahlan Iskan itu sebagai 'manajer' yang bertanggung jawab atas keberhasilan Team sepakbola secara keseluruhan dalam mencapai tujuan tim.

Dalam kasus mobil listrik ini tampaknya Dahlan Iskan ikut menjadi pemain sepakbola, sehingga pak Dahlan Iskan melakukan sesuatu yang bukan keahlian/kompetensinya, sehingga wajar jika dianulir wasit serta dicemooh para penonton.

Alangkah baiknya jika Pak Dahlan Iskan sebagai manajer (kebetulan sebagai mentri) menyelesaikan pemasalahan-permasahalan non teknis yang berkaitan dengan kordinasi antara tenaga ahli mobil listrik (tampaknya akhir-akhir ini terjadi perpecahan antara tenaga ahli mobil listrik pada saat ini), regulasi yang mengatur keberadaan mobil listrik, ketersediaan infrastruktur, kordinasi/lobi antara departemen untuk menyelesaikan permasalahan non teknis, karena kalau toh mobil listrik terwujud dengan cepat tetapi masalah industri, infrastruktur, regulasi dan lain-lain belum terselesaikan maka tidak ada artinya mobil listrik ada di negeri ini.

Berikanlah pendelegasian wewenang untuk urusan pengembangan teknologi mobil listrik kepada ahlinya, karena tekinologi mobil listrik yang sedang dikembangkan saat ini masih belum cukup mumpuni untuk masuk ke pasar.

Masih perlu banyak penelitian-penelitian serta pengembangan teknis yang harus dilakukan oleh ahlinya sehingga kelak keberadaan mobil listrik ini selain bisa mengatasi ketidakberdayaan kita, juga diterima oleh masyarakat.

Dewa Yuniardi
Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asosiasi Automotive Nusantara (Asia Nusa)


Suzuki Ertiga Double Blower Dibanderol Mulai Rp 160,8 Juta

Suzuki Ertiga Double Blower Dibanderol Mulai Rp 160,8 Juta Jakarta - Tidak adanya double blower dikeluhkan beberapa pengguna Ertiga. Menyikapi hal itu, Suzuki akhirnya merilis Ertiga double blower. Varian terbaru Ertiga ini dibanderol Rp 160,8 juta untuk tipe GL dan Rp 172,8 juta untuk tipe GX. Mengalami kenaikan Rp 4,8 juta dari Ertiga tanpa double blower.

"Suzuki Ertiga kini dilengkapi dengan AC Double Blower agar perjalanan bersama keluarga makin menyenangkan. Semua ini dihadirkan karena Suzuki Ertiga lebih mengerti keluarga," ujar 4W Marketing & DND Director PT. Suzuki Indomobil Sales, Davy J.Tuilan dalam siaran pers yang diterima detikOto.


Namun Suzuki tidak menambahkan double blower di tipe terendah yakni GA.

Sementara eksteriornya juga sudah mengalami perubahan, yakni sisi grille depan pada tipe GX dan GL, dan bagian belakang pada sisi New Back Door Garnish (tipe GX).

Untuk mesin, Ertiga tetap mengusung mesin 1.400cc, DOHC, Variable Valve Timing (VVT), Multi Point Injection (MPI).

Begitu juga dengan fitur keselamatan dan keamanan, tidak ada perubahan. Ertiga tetap memiliki fitur yang mumpuni di kelasnya, seperti Dual SRS Airbag (tipe GX), Anti Lock Braking System (tipe GX), Side Impact Beam, dan Immobilizer Key (tipe GL,GX).

"Inilah saatnya keluarga Indonesia memiliki pengalaman istimewa bersama Suzuki Ertiga. Hadir sebagai inspirasi baru yang memberikan perhatian lebih bagi keluarga Indonesia untuk mobil keluarga yang aman, mewah, irit, dan nyaman," ujarnya.

Mulai Pencurian Teknologi sampai Cara Mengemudi

Mulai Pencurian Teknologi sampai Cara Mengemudi Jakarta - Ini mirip dengan istilah "sengsara membawa nikmat". Kecelakaan ini, meski menimbulkan keributan yang bising, benar-benar memberikan pelajaran yang berharga.

Selama ini, secara ilmiah, memang terjadi perbedaan pandangan di antara lima putra petir yang menciptakan kendaraan/mobil listrik yang saya koordinasikan. Perbedaan pandangan seperti itu juga terjadi di luar negeri yang lagi sama-sama dikembangkan di seluruh dunia.

Ada yang berpandangan, mobil listrik tidak perlu menggunakan gear box. Untuk itu, power dari motor listrik langsung menggerakkan gardan/roda.

Tapi ahli kita seperti Ir Dasep Ahmadi MSc (alumni ITB), berpendapat mobil listrik harus menggunakan gear box. Ricky Elson, putra Padang yang melahirkan 14 paten motor listrik di Jepang, termasuk golongan ini. Demikian juga Ravi Desai (alumni Gujarat). Mereka setuju tidak harus pakai gear box, tapi harus hanya untuk mobil dalam kota (city car).

Kecelakaan mobil Tucuxi (baca: tukusi, nama sejenis lumba-lumba) yang saya kemudikan di dataran tinggi Tawangmangu-Sarangan Sabtu pekan lalu, memberikan pelajaran yang sangat penting mengenai pilihan-pilihan tersebut.

Saya memang tidak ingin menyatukan pendapat mereka. Ilmuwan perlu diberi kebebasan untuk mewujudkan ambisi keilmuannya. Apalagi saya menangkap sinyal para ahli kita itu memang ingin membuktikan kehebatan masing-masing. Saya sangat menghargai itu. Saya memilih bersikap memberikan otonomi yang luas kepada mereka.

Karena itu ketika Kang Dasep menciptakan mobil AhmaDI dengan menggunakan gear box saya dukung penuh. Dana talangan langsung saya kirim. Ketika mobil hijau itu jadi kenyataan, saya langsung mencobanya.

Sebenarnya, pada awalnya, saya dan Kang Dasep menanggung malu: begitu tiba di Jalan Thamrin Jakarta (dari Depok), mobil AhmaDI "mogok". Media meliputnya dengan besar-besaran. Saya malu sekali. Tapi saya minta Kang Dasep tidak menyerah. Setelah dianalisis, ternyata mobil itu tidak rusak, melainkan low batt. Indikator baterainya kurang sempurna sehingga "menipu".

Minggu berikutnya kami berdua masih menanggung malu: mobil listrik itu tidak kuat menaiki tanjakan. Padahal tidak terjal. Padahal perjalanan uji coba ini juga diliput langsung oleh media secara luas.

Sekali lagi saya minta Kang Dasep untuk tidak patah semangat.

Sebetulnya masih banyak "malu" yang lain. Tapi biarlah itu hanya kami berdua yang merasakan.

Tiga bulan kemudian, ketika mobil AhmaDI kian sempurna, rasa malu itu berubah menjadi bangga. Putra bangsa kita bisa menciptakan mobil listrik. Saya pun mencobanya secara sungguh-sungguh. Saya mengemudikan mobil tersebut hampir setiap hari hingga mencapai 1.000 km.

Kang Dasep sendiri, di luar 1.000 km yang saya lakukan, mencobanya dari Bandung ke Jakarta melalui Puncak. Tidak ada masalah sama sekali. Tanjakan yang terjal dan turunan yang curam dilewati dengan mudah. Kang Dasep dengan ketekunan dan kecerdasannya boleh dikata berhasil gemilang.

Setelah itu saya minta Kang Dasep membuat mobil listrik jenis yang lebih besar. Sebesar Alphard. Tiga bulan lagi, insya-Allah, sudah bisa dilihat. Saya sudah setuju untuk membiayainya. Bahkan saya juga sudah minta Kang Dasep untuk membuat bus listrik.

Seminggu setelah mobil AhmaDI selesai dicoba sampai 1.000 km, mobil Tucuxi bikinan Mas Danet Suryatama (alumni Amerika Serikat/AS) selesai dibuat. Saya pun bertekad untuk mencobanya dengan sungguh-sungguh sampai 1.000 km.

Begitu tiba di Jakarta 19 Desember lalu, mobil Tucuxi (semula saya usul namanya Gundala, tapi mas Danet memutuskan nama ini) saya coba dari Pancoran ke Bandara Soekarno-Hatta. Mas Danet mendampingi saya. Sepanjang perjalanan sekitar 30 km itu saya merasakan apa saja yang menjadi kelebihannya dan apa saja kekurangannya. Mobil tiba di Cengkareng dengan kebanggaan penuh: Mas Danet hebat! Hari pertama ini tidak membawa malu.

Kalau toh ada kekurangannya hanya kami berdua yang tahu. Saya langsung menyampaikan kekurangan-kekurangan itu ke Mas Danet. Saya minta diperbaiki. Dua hari kemudian Tucuxi saya coba lagi di sekitar Stadion Utama Senayan. Dua jam lamanya. Tucuxi mengelilingi stadion berkali-kali. Beberapa wartawan secara bergantian ikut mencoba duduk di sebelah saya.

Semua yang menyaksikan terlihat bangga. Putra Indonesia ternyata hebat-hebat.

Beberapa kekurangan memang masih terasa. Tapi tidak mungkin diperbaiki di Jakarta. Maka saya minta Tucuxi dibawa kembali ke Jogja. Mas Danet lantas menuduh saya melakukan pencurian teknologi. Saya tidak begitu jelas teknologi apa yang saya curi dan untuk apa.

Syukurlah, dalam keterangan pers terbarunya akhir pekan kemarin, Mas Danet tidak lagi menyebut-nyebut soal pencurian teknologi. Yang dipersoalkan tinggal kesalahan cara saya mengemudi dan (menurut perasaannya) saya akan menyingkirkannya.

Setelah diperbaiki, mobil dicoba di sekitar Jogja. Tidak ada masalah. Termasuk sampai Kaliurang. Tapi suasana sudah kurang nyaman akibat isu pencurian teknologi yang sudah meluas.

Saya sendiri saat itu lagi keliling hutan jati milik BUMN di Randublatung, Blora, dan Purwodadi. Saya sedang mendesain pola kemitraan antara Perum Perhutani dan masyarakat miskin sekitar hutan. Saya bermalam di Semarang. Karena mau pulang ke Magetan, saya harus lewat Solo. Karena itu saya minta Tucuxi disiapkan di Solo. Untuk saya coba lewat medan yang berat.

Ini penting karena uji coba selama ini baru dilakukan di jalan yang datar. Sebagai mobil yang dibuat dengan biaya hampir Rp 3 miliar mobil ini harus dicoba di daerah yang sulit. Terutama melewati jalan yang menanjak. Pikiran saya selalu: bisakah mengatasi tanjakan. Apalagi sampai 1.300 meter seperti di Sarangan. Ricky Elson menemani saya.

Ternyata hebat sekali. Sepanjang jalan saya terus memuji Mas Danet. Luar biasa. Tarikannya, power-nya dan kemampuan menanjaknya hebat sekali. Demikian juga kemampuan baterainya.

Baru ketika jalan mulai menurun dengan sangat tajamnya, dengan belokan-belokan yang berliku, saya mulai was-was. Saya harus menginjak rem sekuat tenaga. Saya tidak segera menyadari bahwa Tucuxi berbeda dengan AhmaDI. Saya tidak segera menyadari kalau Tucuxi ciptaan Mas Danet ini tidak menggunakan gear box. Untuk menahan laju Tucuxi, sepenuhnya hanya menggantungkan pada kekuatan rem. Tidak ada bantuan pengendalian dari gear box!

Tentu saya mencoba untuk sesekali mengendorkan rem agar tidak over heated. Ini juga disinggung dalam keterangan pers terbaru Mas Danet. Tapi setiap kali rem saya longgarkan mobil langsung melaju. Padahal jalan berkelok-kelok dengan jurang dalam di sisinya. Tentu saya tidak berani tidak menginjak rem kuat-kuat. Mungkin, seperti disebut Mas Danet, saya memang salah dalam cara mengemudi seperti itu.

Tapi, mengingat jurang-jurang yang dalam di kawasan itu, saya terus menginjak rem dengan kekuatan kaki sekuat-kuatnya. Untung otot kaki saya lumayan kuat karena setiap hari senam satu jam di Monas. Tapi bau menyengat akibat rem yang bekerja keras tak tertahankan. Saya memutuskan untuk berhenti. Sekalian mendinginkan rem. Penurunan tajam masih akan panjang dan berliku. Totalnya 15 km. Masih akan sampai di Ngerong.

Waktu berhenti ini, semua orang yang mengerumuni Tucuxi  membicarakan soal bau yang menyengat itu. Lantas berfoto-foto di ketinggian lereng gunung Lawu yang indah. Kabut tebal yang menyelimuti jalan dan dataran tinggi itu menambah keindahan pemandangan.

Seandainya waktu istirahat ini dibuat lama, sampai rem dingin, mungkin kecelakaan itu tidak terjadi. Tapi saya terikat janji dengan Dr Fachri Aly yang akan ke kampung saya sore itu. Dan malamnya kami masih akan sholawatan Maulid Nabi dengan Habib Syekh dari Solo di kampung saya itu.

Kami pun segera berangkat lagi. Tucuxi kembali harus menuruni jalan yang curam dan berliku. Kami masih belum menyadari bahwa tanpa bantuan gear box rem akan bekerja sendirian terlalu keras. Kekuatan kaki saya sepenuhnya untuk menginjak rem sedalam-dalamnya. Bau menyengat kembali menusuk-nusuk hidung.

Ketika akhirnya berhasil mencapai Ngerong saya pun lega. Tidak ada lagi penurunan yang curam dan berkelok. Jalan memang masih akan terus menurun tapi sudah tidak ekstrem.

Justru di saat hati sudah lega itulah saya merasakan rem Tucuxi tidak lengket lagi. Mobil melaju di jalan yang menurun tanpa bisa dihambat oleh rem. Saya coba angkat rem tangan. Sama saja. Mobil kian kencang. Tidak terkendali. Saya sadar sepenuhnya. Maka saya harus ambil keputusan cepat. Terlambat sedikit akan banyak memakan korban.

Saya segera memutuskan ini: lebih baik saya sendiri yang menjadi korban. Saya lihat ada tebing terjal di kanan jalan. Mumpung tidak ada mobil dari arah berlawanan, saya banting setir mobil itu untuk menabrak tebing itu. Braaak! Mobil hancur. Tidak ada lagi atap di atas kepala saya. Tapi saya tidak terpelanting. Saya tetap terduduk di belakang setir. Saya raba kepala saya: tidak ada darah. Saya raba muka saya: tidak ada luka. Saya gerakkan kaki-kaki saya: normal. Tidak ada yang terjepit.

Setelah mengucap syukur kepada Allah, saya kembali memuji Mas Danet. Konstruksi mobil ini tidak membuat saya mati terjepit atau menderita luka. Bahkan tergores sedikit pun tidak. Padahal, seperti kata polisi, kaca-kaca mobil ini bukan kaca fiber yang kalau pecah berubah menjadi kristal. Kaca-kaca ini jenis kaca yang pecahnya membentuk segitiga-segitiga kecil. Allahu Akbar!

Saya pun memperoleh pelajaran luar biasa hebat: pentingnya fungsi gear box. Karena itu, ke depan, masyarakat harus bisa memilih: beli mobil listrik yang pakai gear box atau yang tidak pakai gear box.

Mungkin saya akan menghadapi masalah hukum akibat pelanggaran saya ini. Itu akan saya jalani dengan seikhlas-ikhlasnya. Tapi pelajaran teknologi tadi akan menyelamatkan banyak orang di masa depan. Saya akan jalani konsekwensi itu, tapi ilmu pengetahuan harus tetap berkembang. Tidak boleh terhenti karena kecelakaan ini.

Mobil listrik harus jaya!

Baik Kang Dasep yang menggunakan gear box maupun Mas Danet yang tidak menggunakan gear box sama-sama hebatnya. Sama-sama sudah membuktikan dirinya menjadi putra bangsa yang membanggakan. Tucuxi akan dikenang sepanjang sejarah mobil listrik di Indonesia.

Mas Danet akan terus saya dorong untuk proyek berikutnya. Tentu kalau dia terbuka untuk mendiskusikan teknologinya.

Yang penting putra-putra bangsa harus menguasai teknologi mobil listrik. Saya terbuka untuk putra-putra petir yang lain. Mari berlomba untuk kebaikan negeri. Mumpung negara-negara maju juga baru mulai melakukannya. Kesalahan masa lalu tidak boleh terulang. Kalau mobil listrik tidak kita siapkan sekarang kita akan menyesal untuk kedua kalinya. Kelak, kalau dunia sudah berganti ke mobil listrik jangan sampai kita kembali hanya jadi pasar mobil impor seperti sekarang ini!

Mobil listrik made in Indonesia harus berjaya! Sekaranglah saatnya Indonesia punya kesempatan bisa bersaing dengan negara maju!

Dibawa 100 Km/Jam, Kabin Mobil Sering Muncul Bau Hangus?

Dibawa 100 Km/Jam, Kabin Mobil Sering Muncul Bau Hangus? Bogor - Mungkin bagi sebagian Otolovers semua pernah ada yang mengalami ketika mengendarai mobil dengan kecepatan 100 km/jam kemudian di dalam kabin mobil sering timbul bau hangus.

Namun ketika kecepatan diturunkan ke 60 km/jam bau hangus dalam kabin hilang dan akan timbul lagi jika digeber minimal 100 km/jam.

Tidak perlu panik Otolovers, itu terjadi karena ada salah satu bagian pada kap mesin atau salah satu komponen yang terbakar sehingga menimbulkan asap dan bau hangus pada kabin mobil.

Tentu saja hal ini cukup mengganggu kenyamanan berkendara Anda.

Usman kepala mekanik bengkel Tons2000 yang berada di Jalan Raya Taman Cimanggu, No.3, Bogor, Jawa Barat ini mengatakan bau tersebut ditimbulkan karena adanya kebocoran di ruang mesin yang mengenai bagian panas dari mesin mobil itu sendiri.

"Biasanya ada yang bocor seperti pada bagian oli. kebocorannya menetes ke bagian panas dari mesin itu sendiri yang akhirnya menimbulkan bau hangus karena adanya proses terbakar. Ini tidak berbahaya," tegas Usman saat berbincang dengan detikOto.

Untuk mengantisipasinya, lanjut Usman jika sedang dalam perjalanan jauh dan jauh dari bengkel maka solusinya yakni jangan menggeber mobil terlalu kencang.

Bawa mobil dengan kecepatan 50 atau 60 km/jam. Jika masih tercium bau hangus pada kabin maka buka kaca mobil dan agar Anda dan penumpang lainnya tidak akan merasa bau.

"Ketika membuka kaca mobil usahakan AC dalam keadaan mati. Setelah dibuka kaca dan AC dimatikan maka bau tersebut sudah hilang, Anda kembali tutup kaca dan nyalakan kembali AC kemudian berkendara lah dengan kecepatan normal sampai menemukan bengkel terdekat," lugasnya.

Usman melanjutkan, jika sudah terjadi hal seperti itu ada baiknya bagian yang bocor tadi diganti dengan yang baru. Karena jika hanya diservis atau diperbaiki bau hangus itu akan terus terjadi.

"Kejadian ini biasanya sering terjadi pada mobil yang umurnya sudah lebih dari 7 tahun," tandasnya.

Soal Tucuxi, Salah Danet atau Dahlan Iskan?

Soal Tucuxi, Salah Danet atau Dahlan Iskan? Jakarta - Kecelakaan Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika mengetes mobil sport listrik berbuah kontroversi. Dahlan mengatakan kalau kecelakaan terjadi karena rem blong dan sistem transmisi yang tidak memadai. Hal itu kemudian dibantah oleh pencipta Tucuxi dan mengatakan kalau kecelakaan itu buah dari tindakan Dahlan mengutak-atik Tucuxi tanpa sepengetahuan dirinya. Siapa yang salah?

Baik Dahlan Iskan maupun pencipta Tucuxi mengatakan hal yang berbeda terkait kecelakaan ini. Dahlan mengatakan ini salah mobilnya, sementara Danet mengatakan ini adalah akibat dari cara tim Dahlan yang mengutak-atik mobil tersebut tanpa dirinya padahal Tucuxi masih dalam tahap prototype dan harus dipegang langsung oleh dia sebelum mobil ini resmi diluncurkan.

Namun dimata pengamat otomotif yang juga pengajar ITB Tri Yuswidjajanto titik terang mengenai siapa yang salah diantara keduanya bisa dilihat bila kausul kontrak diantara keduanya dibuka ke publik.

"Sekarang kita tidak bisa bilang siapa yang benar, siapa yang salah," kata dia.

Lebih lanjut Tri menjelaskan kalau kebenaran akan terungkap mengenai pihak mana yang benar dan pihak mana yang salah bilamana kausul kontrak diantara keduanya dibuka.

"Dari situ kita bisa lihat status pembuatan mobil ini seperti apa. Kalau ini sistemnya 'jual putus' maksudnya seperti Anda membeli lalu saya membuatkan sesuai dengan kemauan Anda, spesifikasi yang Anda mau lalu setelah serah terima dari saya, Anda mengutak-atik yang berakibat performa mobil jadi tidak seperti awalnya dan berakibat pada kecelakaan, saya tidak salah karena itu akibat Anda yang mengutak-utik. Anda juga tidak bisa disalahkan orang karena mobil itu memang sudah punya Anda yang bebas Anda utak-utik," jelas Tri.

"Tapi beda halnya kalau ini adalah proyek bersama. Kalau ini proyek bersama yang akan ditindak-lanjuti bersama, maka semua unsur dari yang bikin perjanjian harus mengetahui apa yang terjadi di mobil itu. Tidak boleh ada satu pihak yang membongkar sendiri mobil itu tanpa sepengetahuan pihak lain," tambahnya lagi.

"Jadi memang harus dilihat dulu kausul kontraknya seperti apa," lugas Tri.

Menteri BUMN Dahlan Iskan sendiri mengalami kecelakaan saat mengetes mobil sport listrik Tucuxi yang masih prototype di Plaosan, Magetan beberapa waktu lalu.

Mobil Super Ini Cetak Rekor Kecepatan

Mobil Super Ini Cetak Rekor Kecepatan Jakarta - Pertarungan menjadi yang tercepat terus saja terjadi diantara para produsen mobil dan para penggila kecepatan. Kini, sebuah rekor mobil tercepat anyar baru saja tercetak di Guinness Book of World Records.

Mobil super tersebut adalah Hennessey Venom GT yang kini mendaulat diri sebagai mobil tercepat di dunia dalam hal akselerasi dari diam sampai 300 km/jam.

Rekor tersebut tercipta ketika sebuah Hennessey Venom GT mampu berakselerasi hingga 186,411 mil/jam atau sekitar 300 km/jam hanya dalam waktu 13,63 detik saja.

Catatan waktu yang impresif itu dicatatkan di sebuah landasan pacu di Texas, Amerika Serikat. Demikian dilansir Worldcarfans.

Sebelum pemecahan rekor ini sebenarnya sebuah video yang memperlihatkan sebuah Hennessey Venom GT yang mampu melesat hingga 230 mil/jam atau sekitar 370 km/jam dalam waktu kurang dari 20 detik sempat diunggah Hennessey.

Angka itu saja sebenarnya sudah membuat geleng-geleng kepala. Sebab, mobil dengan topspeed tertinggi saat ini, Bugatti Veyron saja hanya mampu melesat ke 200 mil/jam atau 322 km/jam dalam waktu 24,2 detik.

Hennessey Venom GT model tahun 2013 sendiri menggendong mesin berkonfigurasi V8 dengan kapasitas 7.0 liter. Mesin besar itu kemudian disandingkan dengan twin-turbo yang mampu membuat mobil ini menyemburkan tenaga dahsyat hingga 1.500 hp, lebih besar dari Hennessey Venom GT model tahun 2012 yang hanya berkekuatan 1.200 hp.

Dalam keterangan Hennessey terkait rekor ini, mereka mengakui kalau sebuah modifikasi ekstrim dari Nissan Skyline sebelumnya sempat mencatatkan waktu 13,72 detik untuk mencapai kecepatan 300 km/jam, sedikit lebih pelan dari mereka.

Soal Tucuxi, Dahlan Iskan Ngaku Salah

Soal Tucuxi, Dahlan Iskan Ngaku Salah Jakarta - Pencipta mobil listrik Tucuxi, Danet Suryatama mengkritik Menteri BUMN Dahlan Iskan karena tak latihan terlebih dahulu sebelum mengemudi mobil listrik, yang berujung pada kecelakaan di Plaosan, Magetan. Menanggapi hal ini Dahlan Iskan mengakui kesalahannya.

Kepala Humas Kementerian BUMN Faisal Halimi menuturkan, bahwa Dahlan merasa lega dengan sikap terbaru dari Danet, yang tidak lagi mempersoalkan tudingan pencurian teknologi dan tidak menuduh lagi dirinya mencuri tekhnologi mobil Tucuxi. Bagi Dahlan ini adalah kemajuan sikap dari Danet.

"Mas Danet hanya menyalahkan cara saya mengemudi dan cara saya menginjak rem. Saya terima kesalahan itu. Mas Danet juga lebih banyak mengungkap perasaannya yang merasa akan saya gusur. Yang ini saya tidak akan memberi komentar karena perasaannya belum tentu sama dengan perasaanku," imbuh Dahlan seperti ditirukan oleh Faisal kepada detikFinance, Minggu (13/1/2013)

Seperti diketahui Dahlan Iskan mengalami kecelakaan saat mengetes mobil sport listrik Tucuxi yang masih prototype didi Plaosan, Magetan, Jawa Timur. Pencipta Tucuxi Danet Suryatama menyesalkan hal tersebut. Dahlan seharusnya ditraining terlebih dahulu sebelum mengemudikan mobil itu.

Ketika itu, Dahlan mengatakan kalau rem mobil ini blong dan sistem transmisi yang tidak menggunakan gearbox pun dikatakan sebagai salah satu penyebabnya karena pengendara tidak bisa menggunakan gaya perlambatan dari engine brake ketika rem bermasalah. Mengenai hal itu, Danet pun menjawabnya.

"Tidak benar bahwasanya pengereman Tucuxi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rem (tanpa menggunakan mesin) seperti dinyatakan oleh Pak Dahlan. Mobil Tucuxi diperlengkapi dengan motor controller yang mampu melakukan pengereman mesin/motor atau menghasilkan regenerative braking (pengereman regenerative)," jelas Danet dalam pernyataannya resminya.

Menurut Danet, ada beberapa cara melakukan pengereman regenerative pada Tucuxi, yaitu mengangkat kaki dari pedal gas untuk memperlambat kendaraan dan/atau ganti driving selection.

Dengan pengereman regenerative, mesin/motor akan memperlambat kecepatan putarnya untuk berfungsi sebagai generator mengisi ulang baterai.

Lebih lanjut Danet menjelaskan kalau Tucuxi adalah mobil yang di desain tanpa menggunakan gear box (atau multi gear transmission system).

Tucuxi didesain menggunakan single speed reduction gear (satu gigi penurun kecepatan) sebagai transmisinya. Transmisi satu gigi ini dipergunakan karena motor listrik (AC atau DC) mempunyai range yang lebar untuk putaran motornya (wide range rpm). Tucuxi mempunyai efisiensi tinggi pada motornya serta mampu memperoleh torsi maksimum pada saat awal kendaraan melaju.

Penggunaan single speed reduction gear pada kendaraan listrik banyak dilakukan oleh berbagai kendaraan listrik dunia termasuk Tesla Roadster, Ariel Atom Wrightspeed X1, Ford Focus Electric, Mitsubishi I-MiEV, Nissan Leaf EV dan masih banyak lagi.

Danet lalu mengatakan kalau pada dasarnya setiap pengendara yang baru pertama kali mengendarai mobil seperti ini harusnya melakukan training mengemudi terlebih dahulu agar dia bisa mengenali mobil dengan baik. Dengan begitu, resiko pun bisa direduksi.

"Setiap konsumen pembeli/pengguna mobil listrik seyogyanya menjalani training yang cukup untuk mengoperasikan kendaraan listrik diberbagai medan jalan," kata Danet.

Kontroversi Tucuxi Bakal Bikin Insinyur Indonesia di Luar Negeri Takut Berkarya di RI?

Kontroversi Tucuxi Bakal Bikin Insinyur Indonesia di Luar Negeri Takut Berkarya di RI? Jakarta - Kecelakaan Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika mengetes mobil sport listrik berbuah kontroversi ketika sang pencipta Tucuxi yang belasan tahun berkarir di Amerika mengeluh kalau mobil ciptaannya yang masih prototype diutak-utik oleh tim Dahlan Iskan. Apakah ini pertanda buruk yang membuat para insinyur asal Indonesia di luar negeri jadi enggan berkarya di nusantara?

Ketika sedang mengetes Tucuxi, Dahlan Iskan mengalami kecelakaan di Plaosan, Magetan beberapa waktu lalu. Ketika itu, Dahlan mengatakan kalau rem mobil ini blong dan sistem transmisi yang tidak menggunakan gearbox pun dikatakan sebagai salah satu penyebabnya karena pengendara tidak bisa menggunakan gaya perlambatan dari engine brake ketika rem bermasalah.

Sementara pencipta Tucuxi Danet Suryatama mengatakan kalau menurunnya performa rem itu adalah buah dari langkah dahlan sendiri yang mengutak-utik Tucuxi tanpa melibatkan dirinya. Sementara untuk gearbox, Danet mengatakan kalau itu sudah standar yang digunakan oleh mobil-mobil terkenal dan laris di dunia seperti Nissan LEAF, Mitsubishi i-MiEV atau mobil sport listrik Tesla Roadster, Ariel Atom Wrightspeed X1 dan Ford Focus Electric.

Kontroversi ini tentu saja disayangkan. Apalagi Danet mengaku kalau dia membuat mobil ini untuk menunjukkan kepada publik bahwa kita (bangsa Indonesia) kalau kita mampu melakukan rekayasa teknologi yang sulit dan kompleks sebelum nantinya membangun mobil listrik yang lebih terjangkau bagi masyarakat atau transportasi publik dan meninggalkan karirnya di Amerika.

"Saya ikhlas selama mengerjakan proyek Tucuxi ini tanpa mengambil gaji/keuntungan dan harus melepaskan karir/gaji di AS," cerita Danet.

"Saya rela melakukannya karena inilah janji saya ketika pulang ke Indonesia (setelah kedua kalinya) untuk membawa teknologi yang saya ketahui bagi kepentingan masyarakat dan kemajuan Indonesia," ujar Danet.

Apakah ini menjadi indikasi kalau di masa depan para insinyur asal Indonesia akan takut untuk berkarya di nusantara?

"Ini bisa jadi preseden buruk," kata Dewa Yuniardi, Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asosiasi Automotive Nusantara (Asia Nusa). Asia Nusa sendiri adalah kumpulan para produsen mobil lokal di Indonesia.

"Jadi indikasinya memang kurang bagus untuk para insinyur. Tapi kita berusaha bersikap netral. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Kalau pun ada perdebatan itu harusnya untuk mencari solusi, bukan perpecahan," tambahnya.

Lebih lanjut Dewa mencoba berpendapat kalau langkah terburu-buru Dahlan itu pasti ada sebabnya. Dia menduga langkah terburu-buru Dahlan itu dilatari karena bakal ada aturan yang mengatur intensif untuk mobil listrik.

"Dahlan ini seperti mengejar deadline. Kita tahu kalau pemerintah sekarang tengah menggodok aturan terkait mobil listrik. Jadi Dahlan ini seperti mengejar deadline agar mobil siap sebelum aturan itu lahir. Padahal mobil belum siap," prediksi Dewa.

Sementara pengamat otomotif yang juga pengajar ITB Tri Yuswidjajanto tidak sependapat dengan Dewa. Menurut Tri, kontroversi mobil listrik Tucuxi ini tidak akan membuat para insinyur Indonesia di luar negeri takut untuk kembali berkarya di Indonesia.

"Tidak sampai begitu. Semua orang kita yang diluar negeri kebanyakan pikirannya masih sama, mereka hanya tinggal sementara disana dan suatu saat akan pulang," kata Tri.

Tri menjelaskan kepulangan para insinyur itu adalah sesuatu yang pasti bila sang insinyur ingin mengembangkan potensinya menjadi seorang pengusaha tidak melulu jadi karyawan di negeri orang.


Waduh, 97% Kendaraan Baru Ternyata Masih Pilih BBM Bersubsidi

Waduh, 97% Kendaraan Baru Ternyata Masih Pilih BBM Bersubsidi Jakarta - Berdasarkan data terbaru 2013, Direktorat Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) saat ini 97% kendaraan bermotor (roda dua dan empat) di Indonesia khususnya berteknologi baru masih menggunakan Premium atau BBM subsidi. Padahal komponen kendaraanya sudah tidak cocok lagi menggunakan BBM Premium.

"Lebih dari 97% kendaraan bermotor saat ini masih menggunakan Premium," jelas laporan Fuel Retail Marketing Direktorat Pemasaran & Niaga Pertamina yang dikutip detikOto, Minggu (13/1/2013).

Padahal mayoritas kendaraan saat ini sudah harus menggunakan Pertamax. "Padahal mayoritas kendaraan saat ini sudah harus menggunakan Pertamax dan secara teknologi dan kualitas kompoten sudah tidak cocok menggunakan Premium," jelas laporan tersebut.

Apalagi saat ini Pertamina sudah menyediakan bahan bakar yang sudah sesuai dengan teknologi dan kualitas komponen kendaaraan saat ini. "Pertamax dan Pertamax Plus yang ada saat ini sudah setara Euro 3 dan sudah diinjeksi additive (memenuhi standar detergency WWFC kategori 4)," tambah Pertamina.

Sementara, beban subsidi untuk bahan bakar saat ini sebesar kurang lebih Rp 200 triliun per tahun dan sudah sangat membebani negara.

"Beban Subsidi untuk bahan bakar kurang lebih Rp 200 triliun per tahun sudah sangat membebani negara. Perlu adanya dukungan dari seluruh pihak (termasuk Pemda/instansi, BUMN, BUMD dan perusahaan swasta) untuk mendorong pemakaian bahan bakar non subsidi," jelas laporan tersebut.

Danet: Dahlan Iskan Harusnya Training Cara Nyetir Tucuxi

Danet: Dahlan Iskan Harusnya Training Cara Nyetir Tucuxi Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengalami kecelakaan saat mengetes mobil sport listrik Tucuxi yang masih prototype. Pencipta Tucuxi Danet Suryatama menyesalkan hal tersebut. Dahlan seharusnya ditraining terlebih dahulu sebelum mengemudikan mobil itu.

Ketika sedang mengetes Tucuxi, Dahlan Iskan mengalami kecelakaan di Plaosan, Magetan beberapa waktu lalu. Ketika itu, Dahlan mengatakan kalau rem mobil ini blong dan sistem transmisi yang tidak menggunakan gearbox pun dikatakan sebagai salah satu penyebabnya karena pengendara tidak bisa menggunakan gaya perlambatan dari engine brake ketika rem bermasalah. Mengenai hal itu, Danet pun menjawabnya.

"Tidak benar bahwasanya pengereman Tucuxi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rem (tanpa menggunakan mesin) seperti dinyatakan oleh Pak Dahlan. Mobil Tucuxi diperlengkapi dengan motor controller yang mampu melakukan pengereman mesin/motor atau menghasilkan regenerative braking (pengereman regenerative)," jelas Danet dalam pernyataannya.

Menurut Danet, ada beberapa cara melakukan pengereman regenerative pada Tucuxi, yaitu mengangkat kaki dari pedal gas untuk memperlambat kendaraan dan/atau ganti driving selection.

Dengan pengereman regenerative, mesin/motor akan memperlambat kecepatan putarnya untuk berfungsi sebagai generator mengisi ulang baterai.

Lebih lanjut Danet menjelaskan kalau Tucuxi adalah mobil yang di desain tanpa menggunakan gear box (atau multi gear transmission system).

Tucuxi didesain menggunakan single speed reduction gear (satu gigi penurun kecepatan) sebagai transmisinya. Transmisi satu gigi ini dipergunakan karena motor listrik (AC atau DC) mempunyai range yang lebar untuk putaran motornya (wide range rpm). Tucuxi mempunyai efisiensi tinggi pada motornya serta mampu memperoleh torsi maksimum pada saat awal kendaraan melaju.

Penggunaan single speed reduction gear pada kendaraan listrik banyak dilakukan oleh berbagai kendaraan listrik dunia termasuk Tesla Roadster, Ariel Atom Wrightspeed X1, Ford Focus Electric, Mitsubishi I-MiEV, Nissan Leaf EV dan masih banyak lagi.

Danet lalu mengatakan kalau pada dasarnya setiap pengendara yang baru pertama kali mengendarai mobil seperti ini harusnya melakukan training mengemudi terlebih dahulu agar dia bisa mengenali mobil dengan baik. Dengan begitu, resiko pun bisa direduksi.

"Setiap konsumen pembeli/pengguna mobil listrik seyogyanya menjalani training yang cukup untuk mengoperasikan kendaraan listrik diberbagai medan jalan," kata Danet.

"Meski Tucuxi sudah dilengkapi dengan high performance brake modules di depan dan belakang yang kompeten dari Wildwood Engineering Inc., USA, melakukan pengereman dengan hanya rem kaki, apalagi dengan menginjak rem secara keras dan terus-menerus, ketika menuruni pegunungan adalah tindakan fatal. Hasil yang sama - yaitu terbakarnya rem yang mengakibatkan kehilangan daya cengkeram (brake fading) - akan dialami oleh kendaraan lain bila pengereman secara keras dan terus-menerus dilakukan," lanjutnya.

"Seharusnya, pengereman dengan mesin dilakukan dengan mengikutkan penggunaan rem kaki dan tangan secara proporsional," imbuh Danet yang sebelumnya berkarir di Amerika ini.

Danet lalu menjelaskan kalau mereka begitu cepat disingkirkan ketika mobil selesai dirakit. Hal inilah yang membuat tim Danet jadi tidak bisa memberikan training mengemudi untuk Dahlan sebagaimana yang mereka inginkan.

"Keinginan menggebu untuk menyingkirkan kami secara cepat (21 Desember 2012 malam) dan langsung digantikan oleh Ricky Elson (pihak pak Dahlan) dan Kupu-kupu Malam mengakibatkan tidak adanya kesempatan bagi kami memberikan training ke calon pengendara (dalam hal ini pak Dahlan) untuk lebih mengenali Tucuxi," lugas Danet.

Danet pun mengakui kalau mobil listrik Tucuxi adalah sebuah prototype dan karena ini adalah kendaraan pertama maka mobil tersebut seharusnya menjalani uji coba dahulu secara masak sebelum dipergunakan kemana-mana dan di arena yang sulit.

"Tim kami sedang mengatur jadwal uji kendaraan sewaktu kami dilarang memelihara Tucuxi. Banyak rencana yang ingin kami wujudkan dengan Tucuxi; proper uji coba, sertifikasi, proper serah terima, training bagi pengendara, formal launching layaknya produksi mobil, dsb. Semua rencana itu punah dengan disingkirkannya kami," sesal Danet.

"Semoga dengan adanya kecelakaan ini tidak menghapus kenyataan adanya pembongkaran oleh pihak Kupu-kupu Malam dan pihak pak Dahlan. Untuk itu kami kirim lagi beberapa foto bukti pembongkaran yang tidak hanya terjadi pada system rem Tucuxi," ujar Danet.

Sementara itu Menteri BUMN Dahlan Iskan beberapa waktu lalu mengatakan kalau dirinya ingin menjadi orang pertama yang menjajal mobil-mobil listrik buatan bangsa meski biasanya untuk urusan test drive, ada orang-orang teknis yang memang memiliki keahlian teknis di bidang otomotif.

"Untuk pengembangan mobil listrik nasional saya siap menaruh diri saya bahkan siap mempertaruhkan nyawa saya," tegas Dahlan Iskan di Jakarta, Selasa (8/1/2013).

Buktinya, menurut Dahlan setiap ujicoba mobil listrik karya anak bangsa dirinya selalu turun tangan dalam melakukan pengujian. Sebelum menguji mobil listrik Tucuxi miliknya, Dahlan juga sempat menguji mobil listrik milik Dasep Ahmadi.

Kedua mobil ini diuji sejauh 1.000 km. Namun dalam pengujian mobil listrik Tucuxi yang belum mencapai sejauh 1.000 km harus tersendat karena rem mobilnya blong dan hancur menabrak tebing.

"Saya memutuskan untuk selalu menguji mobil listrik sendiri tanpa menyuruh orang lain. Jadi apapun risikonya saya siap menanggungnya," lugasnya.

Ketika ditanya kenapa tidak menyuruh orang lain dalam hal pengujian mobil listrik ini?

Menurut Dahlan, bila dia menyuruh orang lain untuk melakukan uji coba kendaraan itu, maka orang lain itu yang akan kehilangan nyawa. Selama demi kepentingan ilmu pengetahuan, Dahlan siap mengorbankan apa pun.

"Setelah saya lolos dari kanker hati, saya bertekad badan saya boleh dipakai untuk uji coba apapun meskipun berisiko untuk badan saya," tegasnya.