
Dikatakan CEO Aston Martin Jakarta dan McLaren Jakarta, Irmawan Poedjoadi volume penjualan supercar berbeda dengan mobil lainnya yang diproduksi secara massal. Sehingga, mengikuti ajang pameran seperti GIIAS tidak efektif bagi penjualan mereka.
Selain itu, biaya sewa booth untuk pameran juga dinilainya tidak sebanding dengan penjualan supercar yang tidak sebanyak mobil biasa.
"Kita enggak ikutan GIIAS. GIIAS itu u ntuk produk mass production kalau kita masukkan di sana enggak efektif. Volume kita enggak banyak. Kita cuma jadi ikon doang. Makanya supercar jarang ikut pameran kecuali pameran besar seperti Beijing Auto Show. Mahal buat ikut serta di GIIAS. Kalau kita harapin bisa jual 10, kita jalanin. Kalau jual 1-3 unit enggak ketutup," ujar Irmawan, Rabu (15/6/2016).
Selain alasan tersebut, Irwan juga membeberkan karakter pembeli supercar berbeda dengan mobil pada umumnya. Mereka lebih senang untuk membeli mobil lewat telepon ketimbang harus mengikuti pameran yang notabene banyak dipenuhi oleh para pengunjung.
"Kalau kita buka showroom, ada pembelinya? Ga ada. Hanya lewat telepon saja. Apalagi kalau mau crowded-crowded gitu (seperti pameran). Itu hanya jadi ruang pamer saja. Kita jadi magnet pendatang buat orang-orang," ungkapnya.
(nkn/ddn)