
"Kita harus realistis, fenomena akhir tahun, penjualan motor rata-rata menurun. Karena orang menganggap bulan-bulan November dan Desember itu bulan tanggung untuk pencatatan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor), jadi mereka menunggu awal tahun baru. Jadi kalau sekarang turun, itu sudah biasa," papar Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala saat dihubungi di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
MenurutÃÂÃÂ Sigit, fenomena tahunan itu, kali ini semakin berat karena daya beli masyarakat juga belum pulih. Kondisi ini terutama di alami oleh calon konsumen yang berada di wilayah dengan kegiatan ekonomi produktif sektor perkebunan.
"Seperti di Sumatera, sebagian Kalimantan, dan Sulawesi, dimana harga komoditas perkebunan masih belum membaik lagi. Intinya, faktor daya beli masih cukup dominan," ujarnya.
Pernyataan serupa diungkapkan Asisten General Manager Marketing PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, Mohammad Masykur. "Memang, di daerahâÃÂÃÂ"daerah yang kemarin terpapar bencana asap kegiatan sudah pulih, tetapi faktor daya beli masih menjadi kendala," tuturnya.
Seperti halnya Sigit, Mayskur juga menilai keengganan masyarakat untuk mendapatkanÃÂÃÂ pencatatan STNK kendaraan di akhir tahun cukup berpengaruh terhadap penjualan. Meski, ada pembeli yang sejatinya melakukan transaksi di pengujung tahun.
Namun, mereka minta agar pembelian dicatatkan pada wal tahun baru dengan alasan pencatatan STNK tersebut. Akibatnya, karena transaksi tak dicatatkan di saat pembelian, maka kegiatan jual beli juga tak bisa dilaporkan pada saat itu.
(arf/ddn)