Jakarta - Tekanan angin ban yang tidak sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan selain cepat membuat ban aus juga menjadikan konsumsi bahan bakar (BBM)kendaraan lebih boros. Bahkan sumbangan tingkat keborosan dari tekanan angin ban ini mencapai 5-7 persen.
âÂÂTekanan angin ban seringkali dilupakan oleh pengguna kendaraan, entah karena benar-benar lupa, tidak sempat, atau karena faktor malas untuk menambah tekanannya. Padahal ini berpengaruh pada keamanan, tingkat konsumsi BBM, hingga keausan ban,â tutur Arijanto Notorahardjo, General Manager Marketing and Sales Retail PT Gajah Tunggal di Jakarta, di sela acara Curhat Otomotif 2016 âÂÂMenuju Industri Otomotif yang Semakin Hijauà ¢ÂÂ, akhir pekan lalu.
Menurutrnya, dengan tekanan angin yang kurang maka permukaan ban yang bersentuhan langsung dengan permukaan jalan juga semakin banyak. Akibatnya, ketika kendaraan melaju kencang, maka permukaan ban itu seperti bergesekan keras dengan permukaan jalan.
âÂÂBan pun akan cepat menipis, selain itu rangkaian kawat dan kompon ban yang cepat habis. Artinya keausan ban akan cepat terjadi,â ucapnya.
Dengan terseretnya ban âÂÂ" karena tekanan angin yang kurang âÂÂ" itu maka laju kendaraan juga akan semakin berat. Walhasil, pengguna kendaraan akan cenderung menginjak pedal gas untuk mempercepat laju kendaraannya.
âÂÂKondisi seperti itu akan membuat mesin memubutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk pembakaran di ruang bakar. Sehingga, lebih boros. Penelitian selama ini menunjukan, tingkat keborosan dari tekanan angin ban ini 5-7 persen,â kata Arijanto.
Selain dua akibat tersebut, kurangnya tekan an angin ban tersebut juga membawa dampak kepada lingkungan. Soalnya, dengan semakin borosnya BBM, maka tingkat emisi gas buang dari hasil pembakaran di mesin juga semakin besar.
âÂÂPadahal, selama ini sumbangan asap kendaraan terhadap terjadinya efek rumah kaca telah mencapai 13 persen di tingkat nasional, dan di tingkat global lebih dari 23 persen,â paparnya.
(arf/arf)
0 comments:
Post a Comment