Thursday, February 4, 2016

Begini Cara Renault-Nissan Genjot Penjualan Mobil Listrik di China

Begini Cara Renault-Nissan Genjot Penjualan Mobil Listrik di ChinaWuhan - Aliansi Renault-Nissan akan mengembangkan mobil listrik berharga murah untuk pasar China untuk memacu penjualan mobil listrik buatannya. Soalnya, mobil listrik Nissan Leaf dinilai masih terlalu mahal bagi konsumen di Negeri Tirai Bambu itu.

Seperti dilaporkan Automotivenews Europe, Kamis (4/2/2016), China Association of Automobile Manufacturers (CAAM), menyebut sepanjang tahun lalu Nissan Leaf versi lokal China â€Â" Venucia e30- hanya terjual 1.273 unit. Mobil itu dibanderol mulai 242.800 yuan atau sekitar Rp 509 juta.

Melihat kinerja penjualan yang seperti itu, Presiden Renault-Nissan mengaku tak bahagia. "(Padahal) Kami membayangkan lebih dari it u. Kita tahu harga yang tak tepat," ucapnya.

"Bagi saya solusinya adalah membuat mobil listrik sangat murah," kata Ghosn wartawan pada pembukaan pabrik Renault, di Wuhan, China.

Pasar mobil listrik di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu berkembang pesat dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, seperti dikutip China Daily, hingga akhir 2015 lalu, penjualan mencapai 379.000 unit dan pada 2020 mendatang jumlahnya ditargetkan sudah mencapai 5 juta.

Maklum, pemerintah juga memberikan dorongan bagi warganya untuk menggunakan mobil bersumber tenaga dari setrum tersebut. Caranya,  dengan memberi subsidi pembelian.

Fakta itulah yang dilihat oleh Renault-Nissan, dengan melahirkan mobil listrik baru, yakni Fluence. Rencananya mobil itu mulai dilego pada 2017 mendatang.

Ghosn mengatakan bahwa meskipun mendapat insentif, namun tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Soalnya, mobil-mobil listrik yang dibuat oleh pabrikan lokal China dib anderol lebih murah.

Rata-rata mobil listrik asli China dibanderol mulai 30.000 â€Â" 50.000 yuan atau sekitar Rp 63,4-96,6 juta.

Mobil listrik  terlaris tahun lalu adalah city car kecil Kandi. Data CAAM menyebut, mobil itu terjual 16.736 unit.

"Pemerintah mengatakan kami ingin lebih banyak mobil listrik. Masyarakat mengatakan ya, tapi kami ingin mereka mendapatkan mobil yang murah," kata Ghosn.

Hu Xindong, bos perusahaan kongsi antara Dongfeng dengan Renault  mengatakan, inisiatif masyarakat membeli mobil listrik bukan karena didasari pilihan rasional. Mereka membelinya karena adanya insentif yang diberikan.

Dia mencontohkan di dua kota terbesar di China yakni  Shanghai dan Beijing  warga akan mendapatkan pelat nomor, yang merupakan wujud lain dari izin memiliki mobil, jika membeli mobil listrik.
(arf/lth)

0 comments:

Post a Comment