Thursday, February 4, 2016

Ini Sepenggal Cerita Perjalanan Harley Davidson di Indonesia

Ini Sepenggal Cerita Perjalanan Harley Davidson di IndonesiaJakarta - Motor gede (Moge) legendaris asal Amerika Serikat, Harley Davidson di Indonesia mulai hadir di Indonesia di zaman pemerintahan kolonial Belanda di Nusantara. Pasang surut menghiasi catatan perjalanan sejarahnya. Seperti apa?

Sejumlah sumber yang menuturkan versi masing-masing kepada detikOto, Kamis (4/2/2016). “Motor Harley Davidson mulai beredar di Indonesia sekitar tahun 1920. Saat itu, motor gede ini menjadi kendaraan operasional pejabat perusahaan swasta Belanda di Indonesia, antara lain ordeming atau kepala kebun atau sinder perkebunan,” tutur Edy, salah seorang pemilik motor asal Milwaukee, Amerika Serikat tersebut.

Saat itu, lanjut mantan peja bat tinggi di sebuah perusahaan milik negara itu, jenis motor Harley yang digunakan adalah WLA Army. Saat Perang Dunia ke-2 berkecamuk dan Belanda menyerah ke Jepang, semua inventaris milik pemerintah dan perusahaan Belanda dirampas tentara Jepang, termasuk motor Harley.

Kepemilikan berpindah dari tangan tentara Jepang ke tangan perusahaan milik pemerintah dan tentara Indonesia, ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Motor-motor tersebut banyak digunakan sebagai kendaraan operasional di perkebunan bekas milik Belanda yang sudah dikuasai oleh Indonesia.

Begitu pun dengan kesatuan-kesatuan militer. Hanya, untuk jumlah motor tersebut di seluruh Indonesia kala itu, tidak ada sumber yang bisa memastikannya.

Nama dan tampilan motor ini membuat banyak orang Indonesia, terutama kalangan kelas atas, kesengsem. Sehingga, pada tahun 1950-an awal, sudah banyak Harley Davidson yang berseliweran di kota- kota besar Indonesia, khususnya Jakarta.

Maklum, sejak tahun itu sudah ada beberapa importir yang mendatangkan Haley Davidson dari beberapa negara, termasuk dari negeri asalnya, Amerika Serikat. Bahkan pada akhir tahun 1964, Harley Davidson WLA Army menjadi kendaraan operasional Polisi Militer di matra Laut, Udara, dan Darat. Motor ini menjadi kendaraan patroli dan pengawalan.

Hanya, lagi-lagi, tidak ada catatan pasti yang bisa dijadikan rujukan untuk menyebut berapa jumlah populasi dan penjualan yang telah dilakukan. Yang pasti, permintaan dan penjualan motor ini terus meningkat.

Sejak 13 Juni 1997 atas prakarsa Soetikno Soedarjo dan dan Bambang Pramono Sungkono PT Mabua Haley Davidson memulai fungsi keagenan Haley Davidson di Indonesia. Pengembangan jaringan dan penjualan pun terus dilakukan.

Pada 17 September 2000 PT. Dewata Harley-Davidson berdiri di Pulau Bali berdiri dan dipimpin oleh Tony Pramoediarso. Keberadaan dua dealer resmi Ha rley-Davidson tersebut menyediakan layanan after sales untuk seluruh konsumen Harley-Davidson di daerah Jawa dan Bali.

PT Mabua mendapatkan Izin perakitan Completely Knock Down (CKD) System dari Harley-Davidson Motor Company (HDMC) pada tahun 2001. Setahun kemudian, atas prakarsa Soetikno Soedarjo, PT. Mabua Harley-Davidson dan PT. Dewata Harley-Davidson diintegrasikan di bawah bendera manajemen MRA Group dan menunjuk Djonnie Rahmat sebagai Presiden Direktur.

Tangan dingin Djonnie Rahmat telah mengantarkan PT Mabua berhasil mencatatkan penjualan tertinggi di Asia Tenggara pada 2009.

Namun sayang, seorang sumber di PT Mabua mengatakan, setelah itu penjualan mulai surut. Bahkan pada Juli 2014, agen pemegang merek Harley di Indonesia itu sudah tak lagi merakit motor di pabriknya yang terletak di Pulo Gadung, Jakarta Timur.

“Melemahnya perekonomian, tingginya tarif pajak penjualan barang mewah, dan melemahnya nilai tukar rupiah, membuat PT Mabua menghadapi situasi yang sulit,” tutur sumber di Mabua.

Bahkan, lanjut dia, sepanjang 2014 penjualan Harley Davidson di Tanah Air melorot hampir 50 persen. Akibat masalah itu, PT Mabua juga menutup salah satu dilernya yang terletak di kawasan Blok M, Jakarta Selatan pada Oktober 2015 lalu.

Kini, kabar yang beredar menyebut nasib keagenan Harley Davidson di tangan Mabua berada di ujung tanduk. Bahkan surat yang mengatasnamakan manajemen PT Mabua, dengan isi pernyataan akan menghentikan keagenan beredar di masyarakat.

Benarkah demikian? Presiden Direktur PT Mabua, Djonnie Rahmat, kepada detikOto masih enggan menjawabnya. Dia berjanji akan memaparkan kondisi yang sebenarnya pada Rabu (10/2/2016) pekan depan.













(arf/arf)

0 comments:

Post a Comment