Jakarta - Gubernur DKI Basuki T Purnama berencana menghapuskan aturan 3 in 1 dari jalan protokol di Jakarta. Salah satu alasannya, karena munculnya ekploitasi anak dari aturan 3 in 1 itu.
Mungkin saja apa yang disampaikan Ahok benar. Selama ini sekian tahun diberlakukan 3 in 1, bisnis joki memang tumbuh subur. Mau bukti?
Tengok saja di setiap ruas jalan yang akan diberlakukan 3 in 1. Setiap pagi atau sore, banyak ibu-ibu menggendong anak, atau anak muda, atau juga remaja yang berdiri di pinggir jalan.
Saat kendaraan lewat jari diacungkan. Mereka menjadi joki bagi pengendara yang masuk di jalur 3 in 1, dan tentunya yang membutuhkan tambahan penumpang. Sekian puluh r ibu mesti diberikan pada joki itu.
Razia sebenarnya sudah dilakukan, tapi entah mengapa para joki hadir lagi, seolah tak kapok. Mungkin benar, Jakarta kota keras jadi orang bisa nekat demi perut, tak peduli diciduk Satpol PP.
Keberadaan joki ini menjadi salah satu persoalan sosial di Jakarta. Tapi bicara soal apakah 3 in 1 efektif mencegah macet Jakarta? Bisa ya bisa tidak. Jalanan di Jakarta setiap harinya semakin padat.
Satu hal, walau macet kerap mendera, para pengendara tetap nyaman berkendara. Buktinya, setiap hari walau ada macet tetap saja membawa kendaraan.
Wacana yang dilontarkan Ahok soal penghapusan 3 in 1 memang harus ditimbang masak. Seperti kata Kapolda Metro Jaya Irjen Moechgiyarto, usulan ini mesti dikaji.
"Ya nanti kita lihat dulu, kan baru wacana, nanti kita kaji bersama-sama. Kalau memang tidak banyak berguna ya kita hapus," imbuh Moechgiyarto, Senin (28/3).
(dra/ddn)
0 comments:
Post a Comment