Thursday, March 24, 2016

Motor Listrik Bergaya Klasik, Honda EV-Cub Sapa Bangkok

Motor Listrik Bergaya Klasik, Honda EV-Cub Sapa BangkokBangkok - Bangkok Motor Show 2016 dinilai menjadi moment yang tepat bagi Honda Thailand untuk unjuk gigi. Karena, Honda Motor Thailand memamerkan motor konsep mereka EV-Cub.

Motor ini diklaim memiliki segudang kelebihan seperti desain unik bergaya klasik dan bertenaga listrik. EV-Cub ini begitu menawan dan memang sudah dinanti-nanti pecinta Honda di negara-negara ASEAN seperti Thailand.

Memang Honda EV-Cub merupakan versi listrik dari Honda Super Cub yang merupakan motor terlaris sepanjang masa. EV-CUB sudah diperlihatkan Honda ke masyarakat Indonesia pada tahun 2012 lalu di pameran motor Indonesia Motorcycle Show.

Dan sebelumnya dalam pemberitaan detikOto semp at terdengar kabar Honda EV-Cub bakal mulai dijual secara global pada 2018, termasuk di Indonesia.

Sebelum itu, Honda masih terus melakukan pengembangan. Salah satu hal yang menjadi kendala saat ini adalah menekan biaya baterai pada motor.

Chief Operating Officer of Motorcycle Operations Honda Motor Co., Ltd, Shinji Aoyama menjelaskan harga baterai sangat berpengaruh pada penetapan harga jual motor.

Direncanakan pada 2018 motor listrik tersebut dapat dikomersialisasikan secara global, termasuk di Indonesia.

"Rencana 2018 di Indonesia. Tidak mudah untuk mengomersialisasikan motor listrik. Harganya terlalu tinggi dan tidak terjangkau bagi semua orang. Harga dari baterai merupakan kunci untuk mengurangi biaya produksi. Ini yang sedang kami lakukan," ujar Shinji.

Shinji memberi contoh untuk biaya baterai, untuk penggunaan motor listrik dibutuhkan tenaga sekitar 1.000 kWH. Jika dikonversikan dengan harga standar internasional, diperkir akan untuk baterai menghabiskan biaya sekitar $700 hingga $800 atau skitar Rp 9,1 juta.

Untuk menekan biaya baterai tersebut, Shinji melakukan kerjasama dengan pabrikan baterai lain.

"Saat ini baterai lithium tidak diproduksi di banyak negara, hanya beberapa negara saja seperti Jepang, China, dan Korea. Butuh investasi yang besar untuk membuat pabrik baterai. Oleh karena itu kami berkolaborasi dengan pabrik baterai," tandasnya.
(lth/rgr)

0 comments:

Post a Comment