Jakarta - Kondisi Ukraina, khususnya Krimea, masih belum stabil. Kondisi itu menurut BMW akan membahayakan prospek penjualan mobil. Bukan hanya di Ukraina, tapi juga di Rusia.
Kepala keuangan BMW Friedrich Eichiner mengatakan kalau perusahaan menyadari benar potensi risiko dari eskalasi konflik yang kini tengah terjadi di Krimea antara Ukraina dan Rusia.
Terlebih, karena konflik ini ekonomi Rusia jadi ikut melemah yang pada akhirnya mengurangi daya beli masyarakat. Moscow Index Exchange telah jatuh lebih dari 17 persen sejak kerusuhan dimulai.
Sementara itu, nilai mata uang Rusia, rubel juga telah jatuh sekitar 10 persen tahun ini yang telah menyebabkan bank sentral negara itu menaikkan suku bunga.
Foto: BMW Luncurkan X5 Generasi Ketiga
"Ada risiko dalam bisnis di Rusia. Kami melihat risiko dalam mata uang, rubel telah melemah," ujarnya di Reuters.
Menurutnya, saat ini BMW masih yakin kalau konflik Krimea akan segera selesai yang pada akhirnya bisa membuat perusahaan bisa tumbuh kembali. "Jika tidak, semua pernyataan kami tentang prospek yang kami buat saat ini membutuhkan dipertanyakan," akunya.
Karena itu, Chief Executive BMW Norbert Reithofer menyerukan agar kedua belah pihak mengedepankan cara-cara diplimasi. Apalagi anggota dewan BMW untuk penjualan dan pemasaran Ian Robertson juga mengatakan bahwa dalam jangka panjang ia melihat potensi di pasar Rusia.
Foto: BMW X3 Makin Segar
Sebab, meskipun Rusia hanya menyumbang sekitar 2 persen dari total penjualan BMW Group yang berada di angka 1,96 juta kendaraan pada tahun 2013, Rusia termasuk di antara pasar yang paling cepat tumbuh setelah penjualannya naik 11,8 persen ke 44.871 kendaraan. Ini adalah rekor.
0 comments:
Post a Comment