Thursday, March 3, 2016

Jelajah Sejarah, Budaya dan Alam di Aceh Bersama Datsun

Jelajah Sejarah, Budaya dan Alam di Aceh Bersama DatsunBanda Aceh - Keseruan Datsun Risers Expedition seri Sumatera terus berlanjut di Etape 2. Dimulai pada pukul 09.00 WIB para rombongan DRE langsung tancap gas menuju destinasi pertama, museum yang dibangun oleh arsitektur yang sekarang menjabat sebagai walikota Bandung, Ridwan Kamil, yaitu museum Tsunami. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit, para risers pun tiba di museum ini.  

Ketika memasuki museum, tampak wajah risers yang mulai berubah serius melihat museum yang diresmikan pada tahun 2009 dan berdiri di atas lahan 2.500 m² ini. Para Risers mendengarkan secara saksama apa informasi yang diberikan oleh pemandu museum mengenai ganasnya musibah Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 dan menelan ribuan korban jiwa. Risers 2 asal jakarta mengaku sedikit sedih saat masuk museum ini.

"Seperti kami diingatkan kembali kalau manusia itu enggak ada apa-apanya dibandingkan kehendak alam dan Allah. Kita diingatkan lagi untuk menjadi yang lebih baik," katanya.

Hal yang hampir serupa diungkapkan oleh Risers 4 asal Bandung. "Bersyukur karena tidak terkena dampak tsunami. Dan sekarang masih di sini, masih bisa nikmatin waktu sama keluarga," tutupnya.

Berada di museum ini selama satu jam, para Risers dan rombongan pun akhirnya melaju kembali ke destinasi kedua, yaitu kapal di atas rumah.

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit, akhirnya Risers dan rombongan tiba di Monumen Kapal di Atas Rumah yang terletak di Desa Lampulo. Saat terjadinya Tsunami, kapal ini terbawa hingga ke tengah pemukiman warga Lampulo dan akhirnya karam di atas sebuah rumah milik keluarga Misbah dan Abassiah. Namun akibat terbawanya kapal ini oleh besarnya gelombang tsunami, sebanyak 59 warga terselamatkan nyawanya karena bisa naik ke atas kapal tersebut.

Risers 1 menyatakan melihat kapal ini seperti suatu mukjizat. Sebab, kapal tersebut dapat menyelamatkan 59 warga di sana.

Saat berada di Monumen Kapal di Atas Rumah, para Risers dan rombongan pun mendapatkan suguhan cerita dari seorang wanita paruh baya yang biasa disapa Nenek Kolak (karena beliau berjualan kolak). Beliau adalah salah satu warga yang berhasil selamat dari musibah tersebut. Selama Nenek Kolak bercerita, para risers terlihat sangat fokus untuk mendengarkannya meskipun cuaca pada siang itu cukup terik. Setelah puas mendapatkan cerita akan Monumen Kapal di Atas Rumah, para Risers dan rombongan pun melanjutkan perjalanan mereka ke tujuan selanjutnya, yaitu Museum Aceh.

Tiba di Museum Aceh, para Risers dan rombongan langsung disambut oleh tarian khas Aceh, tari saman. Setelah disuguhkan penampilan tari saman, para riser s pun ditantang untuk belajar tari saman tersebut.

"Enggak semudah kelihatannya. Awalnya memang mudah, tapi pas makin cepat makin susah. Kayaknya mesti banyak belajar lagi," kata Tim Risers 2.

Dari tim Risers 1 juga ikut berkomentar. Mereka mengatakan, "Pengalaman baru, meskipun dengkul agak sakit tapi tetap seru. Pas lihat mereka perform kok enak gampang banget ya, tapi pas dipraktekin kok susah ya. Tapi menarik sih buat anak-anak muda untuk bisa belajar hal yang ga bisa kita pikirkan dan itu kekayaan yang mesti kita jaga, pelihara dan banggakan sebagai bangsa Indonesia," katanya.

Para Risers lanjut menuju tempat wisata Aceh selanjutnya, yaitu gunungan. Gunungan ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari Museum Aceh.

Gunungan merupakan situs sejarah peninggalan Kerajaan Sultan Iskandar Muda yang memerintah abad 1607-1636. Gunungan merupakan taman bermain Putri Pahang, anak Sultan Johor, Malaysia yang dijadikan pemaisuri oleh Sultan Iska ndar Muda. Setibanya di tempat ini risers tidak membuang waktu untuk mencari informasi sejarah mengenai tempat ini maupun hanya untuk sekadar selfie.

Tujuan akhir pada etape kedua ini, para peserta menuju air terjun Lhong, yang berada di Aceh Besar. Para risers membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit untuk mencapai tempat tersebut. Dengan jalan yang naik turun dan berlubang para Risers tidak menemui kendala yang signifikan dengan menggunakan Datsun Go+ Panca.

"Sangat nyaman, kita ga nemuin kendala meski jalananya naik turun dan sedikit berlubang," ungkap tim Risers 2.

Hal hampir senada pun diucapkan oleh tim Risers 4. Menurutnya, Datsun oke dan tak ada masalah sama sekali. "Torsi di tanjakan oke, handling pas nanjak oke banget. Persepsi saya tentang mobil ini berubah total," ujarnya.

Tim Risers 1 menambahkan, "Datsun Go+ Panca enak dibawanya. Stabil juga dan nyaman. Interior di dalamnya juga bikin nyaman, audionya oke, kualitasnya AC-nya j uga dingin. Untuk ukuran mobil hatchback, Datsun oke lah. Digeber sampai 120 km enggak ada masalah," ujarnya.  

Di tengah perjalanan menuju air terjun Lhong, rombongan risers menyempatkan waktu untuk melihat Pantai Perawan. Setibanya di pantai tersebut, para Risers dibuat kagum oleh keasrian pantai tersebut.

Tim Risers 2 mengatakan, "Bagus banget pantainya, terlihat indah banget. Terus pemandangannya pas di jalan tadi berasa di luar negeri. Ada bukit tapi di depannya laut."

Lalu, tim Risers 1 juga tidak ketinggalan memuji pantai ini. "Pantainya masih bersih banget. Belum terjamah wisatawan. Semoga ke depannya masih bisa terjaga dengan baik. Siapa tahu ke depannya bisa dipromosiin ke pengunjung lokal maupun internasional," ujarnya.

Dari pantai, risers melanjutkan perjalanan. Tiga puluh menit kemudian, para risers pun tiba di air terjun Lhong. Tanpa membuang waktu, para risers lekas mengganti pakaian yang mereka gunakan dengan pakaian ren ang. Beberapa risers langsung mecelupkan dirinya ke dalam air yang masih jernih ini.

Tim Risers 1 mengungkapkan bahwa pemandangan di sini wah banget. Hal senada juga disampaikan oleh tim Risers 2. "Air di sini sejuk banget," kata Risers 2.

Hampir selama 60 menit para risers bermain air di Air Terjun Lhong, akhirnya para rombongan harus bersiap kembali ke hotel untuk istirahat dan melanjutkan petualangan seru lainnya esok hari.
(zaf/rgr)

0 comments:

Post a Comment