Monday, January 7, 2013

Ini Masalah-masalah yang Dialami Dahlan Iskan Saat Jadi Test Driver

Ini Masalah-masalah yang Dialami Dahlan Iskan Saat Jadi Test Driver Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan selalu bersemangat ketika mengetes mobil listrik buatan Indonesia. Setidaknya ada dua mobil yang sudah dicoba Dahlan Iskan yakni mobil listrik Ahmadi atau Evina dan Tucuxi.

Sayangnya, dia awal pengetesan kedua mobil tersebut, Dahlan Iskan selalu saja kena masalah.

Ketika pertama kali mengetes Ahmadi, mobil listrik berkelir hijau yang dikemudikan Dahlan itu sempat mengalami masalah. Mobil dijalankan menuju pusat kota di Jalan MH Thamrin, mobil Ahmadi tiba-tiba kehabisan tenaga dan jalannya pun pelan.

Menanggapi hal tersebut pemilik PT Sarimas Ahmadi Pratama, Dasep Ahmadi mengatakan hal itu terjadi karena baterai mobil kehabisan tenaga. Mobil sempat lupa diisi baterainya.

"Saya juga nggak nyangka sampai dibawa sejauh ini, saya pikir hanya dibawa keliling bengkel di daerah Depok. Ngecasnya kurang lama, tapi saya juga bingung apakah indikatornya rusak atau baterainya habis, sejak dipakai dari Depok sampai sekarang (Thamrin) indikatornya hanya berkurang sedikit," kata Dasep waktu itu.

Dasep juga menjelaskan, persiapan test drive mobil listriknya memang difokuskan pada aspek keamanan, bukan pada ketahanan baterai mobil. Alasan itu cukup membuat geleng-geleng kepala.

Sebab, mobil tersebut diklaim mampu berjalan hingga sejauh 130 kilometer dengan sekali setrum selama 4-5 jam hingga baterai tersisi penuh. Sementara dengan cara sistem cepat hanya membutuhkan waktu 30 menit pada tegangan 220 V. Jarak antarak Depok ke kantor BPPT sendiri diperkirakan hanya sekitar 60 km.

"Yang kita prioritaskan, itu antispasi itu adalah masalah kecelakaan, misalnya mesin agar tak kebakaran itu yang kita prioritas, jadi bukan lupa nge-charge mungkin nge-charge kurang lama," katanya.

Insiden tidak mengenakan itu berlanjut ketika di 16 Juli 2012 tersebut mobil ini sempat mengalami masalah di Jl Juanda, Depok. Ketika sampai di Jl. Juanda itu, di jalan yang agak menanjak, mobil Ahmadi tampak kehabisan tenaga dan sempat beberapa kali berhenti.

Kendaraan listrik Ahmadi ini diperkuat baterai lithium ion sebanyak 36 buah dengan kapasitas baterai yang mencapai 21 kWh yang diletakan di kabin penumpang belakang.

Itu adalah insiden ketika Dahlan Iskan mengetes mobil listrik Ahmadi. Insiden yang melibatkan Dahlan ketika mengetes mobil listrik ternyata tidak berhenti sampai disitu. Sebab akhir pekan lalu, mobil listrik Tucuxi malah tertabrak ketika dia tes.

"Ini kan (test drive) bukan yang pertama. Mobil (listrik) yang dulu warna hijau, saya juga," ujar Dahlan Iskan kepada wartawan.

Ketika mengetes mobil tersebut, Dahlan pun mengalami kecelakaan. Dugaan sementara, rem mobil tersebut blong saat Dahlan mengetesnya dari Solo menuju Magetan yang membuatnya menabrak tebing dan tiang listrik serta mobil milik warga yang diparkir di Plaosan, Magetan.

Insiden ini lalu membuat heboh. Bukan apa-apa, dengan status mobil sport canggih, Tucuxi seharusnya bisa menunjukkan kemampuan kelas dunia. Terlebih, biaya pembuatan mobil ini mencapai Rp 3 miliar, meski akan dijual di harga Rp 1,5 miliar.

Masalah pada Tucuxi sebenarnya sudah terendus hanya selang dua hari sebelum kecelakaan. Pencipta Tucuxi Danet Suryatama sudah teriak karena mengetahui mobil ciptaannya dibongkar Dahlan dan timnya tanpa berkordinasi dengan dirinya.

Danet pun mengaku tidak diperbolehkan lagi melakukan sesuatu hal terhadap mobil tersebut hingga akhirnya Dahlan kecelakaan. Itu yang membuatnya menolak bertanggung jawab.

Kontroversi mengenai mobil ini pun tidak berhenti sampai disitu. Sebab, mobil ini ternyata menggunakan pelat nomor DI 19 yang menurut Kepolisian tidak mereka keluarkan.

Selain itu, para ahli juga berpendapat kalau langkah Dahlan mengetes mobil prototype di jalanan umum adalah tidak etis. Karena, seharusnya mobil yang sedang dalam masa uji coba harus dilakukan dahulu di arena tertutup untuk meminimalisasi potensi buruk.

Status Dahlan yang bukan ahli pengetesan mobil tapi berani membawa mobil purwarupa di jalan umum pun dipertanyakan banyak pihak.

Semoga saja masalah-masalah yang dialami mobil listrik ini tidak mengendurkan semangat untuk memproduksi mobil listrik di Indonesia. Ya anggap saja sebagai pembelajaran untuk memproduksi mobil listrik yang benar. Apalagi saat negara-negara lain sudah mulai beralih menggunakan mobil listrik.

Seperti yang disampaikan Dasep Ahmadi, mobil listrik masih perlu dikembangkan.

"Soalnya mobil listrik di Indonesia itu baru, jadi masih banyak pengembangannya dan wajar akan banyak yang tiru karena mobil listrik di Indonesia baru dan akan baru berkembang," imbuh Dasep.

0 comments:

Post a Comment