Monday, June 3, 2013

Kepada Siapa Mereka Belajar Disiplin di Jalan?

Kepada Siapa Mereka Belajar Disiplin di Jalan? Jakarta - Apa yang diajarkan kepada anak-anak kita soal kedisiplinan di jalan raya? Sebuah pertanyaan yang cukup mengggelitik.

Pernahkah mendapat pertanyaan dari anak-anak kita, "Kenapa saat lampu pengatur lalu lintas berwarna merah diterabas?"

Atau, "Kok mereka naik sepeda motor tidak memakai helm?"

Jalan Raya Adalah Potret Masyarakat

Banyak diantara kita yang faham bahwa kondisi di jalan raya adalah limpahan dari sistem tatanan kehidupan masyarakat sehari-hari. Jalan raya menjadi potret kehidupan sosial, politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan hukum kita.

Ketika kita menyaksikan beragam pelanggaran aturan di jalan, pikiran kita melayang pada dua hal. Pertama, moralitas jalan pintas. Kedua, si kuat menindas yang lemah.

Faktanya, saat antrean panjang kemacetan arus kendaraan, ada yang melibas bahu jalan, masuk jalur busway, dan merangsek trotoar jalan. Lalu, ada aksi menerobos lampu merah, bahkan melawan arus. Manusia seakan diburu waktu. Barangkali karena jargon waktu adalah uang.

Moralitas jalan pintas menjadi tontonan sehari-hari. Dalam sistem kehidupan saat ini ada pameo, mau urusan lancar mesti ngasih uang semir. Mau lulus ujian, memaksakan diri menyontek. Atau, si lemah tak mampu menahan gelombang ekspansi pemilik modal raksasa. Bahkan, si terdakwa yang mampu membayar pengacara mahal bisa diperingan sanksi hukumnya. Si kecil, meringkuk lebih lama di balik hotel prodeo.

Nah, di jalan raya, fragmen kehidupan pun mirip seperti itu. Contohnya seperti saya tulis di atas tadi.

Ironisnya, pelanggaran aturan yang ada berpotensi memicu kecelakaan lalu lintas jalan. Kita pernah mendengar jargon yang dilontarkan kepolisian, bahwa kecelakaan kerap kali diawali oleh pelanggaran aturan di jalan.

Tidak Disiplin = Celaka

Kita pun disodori fakta, pada 2011, pelanggaran aturan di jalan masih cukup tinggi. Mulai dari pelanggaran marka dan rambu jalan, hingga soal melawan arus. Pelanggaran dilakukan oleh hampir seluruh pengguna jalan, termasuk para pengendara sepeda motor dan pengemudi mobil.

Tahun itu, pelanggaran yang dilakukan oleh para pengemudi mobil melonjak hingga 80,37% menjadi sekitar 4.000-an kasus per hari. Sedangkan pelanggaran oleh pesepeda motor melonjak 87,74%.

Khusus pelanggaran sepeda motor, data yang saya peroleh dari Kepolisian RI menyebutkan, lonjakan pelanggaran kasus helm dan melawan arus masing-masing mencapai sektiar 58,8% dan 73,14%. Tahun 2011, tiap hari, rata-rata mereka yang ditindak karena tidak memakai helm dan melawan arus sekitar 1.300-an kasus dan 302 kasus.

Sedangkan tiga pelanggaran terbesar yang dilakukan pesepeda motor adalah soal kelengkapan surat-surat, kelengkapan kendaraan, serta pelanggaran terhadap marka dan rambu.

Rasanya jargon kecelakaan kerap kali diawali pelanggaran aturan lalu lintas di jalan, masih amat relevan. Tahun 2011, keterlibatan sepeda motor mencapai sekitar 72% terhadap total kecelakaan lalu lintas jalan. Tahun itu, sebanyak 35% dari 31 ribuan jiwa yang tewas akibat kecelakaan adalah para pesepeda motor.

Sementara itu, pada 2012, rata-rata per hari hampir 12 ribu pelanggaran aturan di jalan raya. Pelanggaran itu dilakukan oleh pengemudi mobil dan pesepeda motor. Walau, angka pelanggaran tahun lalu anjlok 15,4% jika dibandingkan 2011, rasanya masih tergolong tinggi. Pada 2012, angka kasus kecelakaan justeru naik 7%. Rata-rata per hari ada 322 kasus kecelakaan.

Data Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri tentu saja baru kasus-kasus yang tercatat. Patut diduga jumlah pelanggaran dan kasus kecelakaan yang terjadi jumlahnya lebih banyak lagi. Wong jumlah kendaraan juga bertambah. Sebut saja misalnya, jumlah sepeda motor melonjak 12% menjadi sekitar 77,7 juta unit. Sedangkan mobil penumpang atau pribadi naik 12% menjadi 9,52 juta unit.

Kedisiplinan menjadi kunci ketertiban di jalan. Para pengguna jalan mesti mulai meningkatkan kesadaran untuk berbagi ruas jalan dan menghargai aturan yang ada. Prioritas utama adalah selamat pergi dan pulang ke rumah. Tak ada salahnya disiplin mulai dari diri sendiri. Tak perlu meniru pada perilaku buruk di jalan. Terpenting, dapat kembali ke rumah dalam keadaan selamat. Melihat indahnya senyum keluarga terkasih di rumah.


(syu/ddn)

0 comments:

Post a Comment