Thursday, July 23, 2015

Selfie di Balik Setir Jadi Kebiasaan Baru yang Berbahaya

Selfie di Balik Setir Jadi Kebiasaan Baru yang BerbahayaJakarta - Beberapa tahun belakangan, pemilik gadget mulai keranjingan selfie. Kebiasaan itu kerap kali dibawa saat mereka sedang mengendarai mobil.

Sadar atau tidak, tindakan itu menjadi viral yang berbahaya. Penelitian terbaru dari Institute of Advanced Motorists (IAM) mengungkapkan, masih banyak pengemudi yang menggunakan ponsel dan tablet mereka untuk selfie, video call dan menonton video saat mengendarai mobil.

"Semua orang tahu betapa berbahayanya menggunakan smartphone atau tablet saat mengemudi Itulah mengapa itu mengejutkan untuk melihat tren baru seperti mengambil selfies dan membuat panggilan video menjadi praktik umum," tutur ECO IAM, Sarah Sillars dalam siaran persnya.

Temuan ini berhasil disimpulkan dari riset yang dilakukan secara eksklusif oleh IAM. Peneliti menanyakan 500 pengemudi bagaimana mereka menggunakan smartphone dan tablet mereka di dalam mobil.

Hasilnya, sembilan persen dari pengemudi mengaku telah selfie saat mengemudi dalam sebulan terakhir. Uniknya, dari angka tersebut wanita justru tidak terlalu terobsesi dengan selfie saat mengemudi dibandingkan laki-laki. Hanya lima persen wanita mengaku mereka telah selfie saat mengemudi dibanding pria yang mencapai 12 persen.

Sementara itu, delapan persen dari pengemudi mengaku, mereka telah mengemudi sambil menggunakan aplikasi video call. Hal itu meningkat 16 persen di antara usia 18 sampai 24 tahun.

Studi sebelumnya yang juga dilakukan IAM pada 2012 lalu menunjukkan, penggunaan smartphone saat mengemudi lebih berbahaya daripada mengemudi akibat mengkonsumsi alkohol. Sebab, waktu reaksi pengemudi bakal lebih lambat sehingga sulit untuk tetap di jalurnya dan kurang mampu beradaptasi dengan jalan.

"Mengemudi aman adalah tanggung jawab semua orang dan driver yang menggunakan perangkat berbahaya tersebut harus ditindak dengan meningkatkan denda dan poin. Kampanye juga harus diperkenalkan sehingga meningkatkan kesadaran prevalensi masalah di masyarakat dan membuat perilaku ini tidak dapat diterima secara sosial seperti mengemudi di bawah pengaruh alkohol," tegas Sillars.




(rgr/ddn)

0 comments:

Post a Comment