Bangkok - Tidak hanya Indonesia yang masih terus berjuang untuk bangkit dari keterpurukan industri otomotifnya. Rupanya industri otomotif Thailand juga ikut terjun bebas alias terus menurun.
Krisis politik di Thailand memang dihentikan junta militer, namun perekonomian negara terbesar kedua di Asia Tenggara itu masih mengalami pengereman.
Rendahnya harga komoditas dan kekeringan membuat penghasilan para petani menurun. Perbankan khawatir untuk mengucurkan kredit, sementara kampanye junta militer dalam membongkar korupsi malah menimbulkan efek yang tidak diinginkan, yakni menurunnya pengeluaran pemerintah padahal di sisi lain percepatan pengeluaran pemerintah dibutuhkan.
Reuters, Selasa (26/5/2015) memberitakan, industri otomotif Thailand mengalami penurunan sejak 7 bulan terakhir. Bahkan meski menjadi basis produksi untuk berbagai pabrikan untuk pasar global, rupanya tidak bisa membantu.
Dikatakan di Bulan April 2015 kemarin, penjualan Thailand turun hingga 26,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Serta jika dilihat tahun 2015, penjualan selama 4 bulan terakhir. Thailand juga mengalami penurunan hingga 15,3 persen. Data penurunan industri otomotif ini diambil dari langsung dari FTI Auto Industri Club.
Bahkan juru bicara FTI Auto Industri Club memprediksi target penjualan mobil di Thailand tahun ini tidak mungkin terpenuhi. Target penjualan juga akan direvisi menjadi 850.000-900.000 unit bukan seperti target awal mencapai 950.000 mobil, jika Pemerintah tidak melakukan intervensi untuk meningkatkan investasi dan belanja.
"Sepertinya target penjualan tidak akan tercapai, jika pemerintah tidak menambah investasi mereka," kata juru bicara FTI, Surapong Paisitpattanapong.
Sebagai catatan, penjualan mobil di Thailand telah jatuh sejak Mei 2013, setelah skema subsidi pemerintah pada 2012 yang mengalami peningkatan hingga mereka dengan 81 persen.
Dan setelah intensif dicabut, penjualan mobil turun hingga 7,7 persen pada 2013 dan turun 33,7 persen tahun lalu.
(lth/ddn)
0 comments:
Post a Comment