Monday, July 27, 2015

Kebijakan Pemerintah Berubah-ubah, Fiat Chrysler Batal Buka Pabrik di Indonesia

Kebijakan Pemerintah Berubah-ubah, Fiat Chrysler Batal Buka Pabrik di IndonesiaJakarta - Akibat kebijakan pemerintah yang berubah-ubah, salah satu raksasa otomotif dunia, Fiat-Chrysler Automobiles batal berinvestasi di Indonesia. Pabrikan Amerika-Italia itu tidak jadi membangun pabrik di Indonesia.

“Padahal saya sudah bolak-balik membicarakan iklim investasi di Indonesia yang baik selama 2 tahun terakhir ini kepada Fiat Chrysler Automobiles (FCA). Namun akhirnya mereka memutuskan untuk memilih negara lain,” ujar CEO Garansindo Inter Global Muhammad Al Abdullah atau yang biasa dipanggil Memet, di Jakarta.

Beberapa hari lalu, FCA memang memutuskan untuk berinvestasi sebesar US$ 280 juta untuk membangun pabrik di India. Pabrik itu akan dioperasikan bersama pabrikan India Tata Motors.

“Hal ini terjadi karena tidak jelasnya kebijakan dari pemerintah, diawali dengan kenaikan PPnBM, sampai bea masuk kemarin yang naik 50 persen,” ujarnya.

Kebijakan pemerintah yang tidak jelas ini membuat Indonesia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan investasi dari pabrikan global. “Karena mereka melihat pemerintah tidak membuat regulasi yang jelas. Itu knp FCA tidak jadi ke Indonesia begitu. Lebih gampang impor dari free trade India,” ujarnya.

Menurut Memet, bea masuk sebenarnya tidak masalah kalau pasar mobil tengah bagus. Namun di saat penjualan mobil turun drastis seperti sekarang, menaikkan bea masuk sama saja dengan bunuh diri.

Hilangnya investasi ini sempat dikhawatirkan juga oleh General Manager Lexus Indonesia, Adrian Tirtadjaja.

“Jadi sekarang kita ingin tahu dulu, apa tujuan sebenarnya dari kebijakan ini? Apakah untuk menumbuhkan industri dalam negeri? Meningkatkan pendapatan dari pajak impor? Asal tahu saja, impor kita (mobil) saat ini telah jauh menurun. Jadi, tujuan meningkatkan pendapatan, tidak tepat,” kata Adrian.

Padahal, kata Adrian, saat ini sejatinya Indonesia dilirik investor asing setelah perekonomian Eropa lesu karena dipicu krisis di Yunani dan melemahnya perekonomian Turki. Banyak sekali dana dari kawasan itu yang ingin disalurkan ke Asia dan sebagian ke Amerika.

Namun, investor itu akan kembali bersikap menunggu jika kebijakan perpajakan terus mengalami perubahan. Terlebih perubahan itu berisi kenaikan tarif bea masuk impor.

0 comments:

Post a Comment